Senin, 30 Maret 2015

Kesenian Degung

Degung adalah gamelan khas tradisional dari Jawa Barat. Kata degung berasal dari akronim Deg ngadeg ka nu Agung (ngadeg artinya berdiri dan agung artinya megah). Selain itu, asal kata degung juga berasal dari tumenggung. Sebabnya, zaman dahulu musik ini sangat disukai oleh para pananggung(menak atau bangsawan). Misalnya saja Bupati Bandung R.A.A.Wiranatakusumah V yang suka mendokumentasikan beberapa lagu.Dalam Kamus susunan H.J Oosting (1879) kata degung berasal dari kata De Gong (bahasa Belanda) yang artinya penclon-penclon yang digantung.
Gamelan dengung yang berkualitas bagus terbuat dari bahan perunggu. Adapun gamelan yang memakai bahan besi dan kualitas yang lebih biasa (rendah) dimaksudkan agar gamelan bisa lebih terjangkau oleh masyarakat.

Adapun alat-alat degung adalah sebagai berikut :
1. Bonang, yang terbagi jadi 14 penclon. Mulai dari nada mi sampai nada la besar.
2. Cempres, Yang terbagi menjadi 14 belah nada. Dimulai dari nada mi kecil sampai nada la rendah.
3. Panerus, Bentuk dan jumlah nadanya sama dengan saron, hanya biasanya hanya berbeda oktafnya saja.
4. Jengglong, yang terbagi menjadi 6 bilah. Disimpan dengan cara digantung atau disimpan seperti bonang gamelan pelog (disimpan diatas benang).
5. Goong, awalnya hanya memakai gong besar, tetapi sekarang banyak yang memakai kempul seperti yang digunakan oleh gamelan pelog.
6. Suling, didalam gamelan degung, digunakan suling yang mempunyai 4 lubang.
7. Kendang, fungsi kendang adalah sebagai pengatur ritme.

Gamelan degung sekarang sering dipakai untuk mengiringi lagu-lagu non klasik dalam acara-acara hajatan. Pola lagu yang dibawakan banyak yang mengadaptasi pola kliningan. misalnya gending, catrik, kulu-kulu, Cirebonan, Banjaran, dan Jipang lontang.
Hal yang ironis yaiu kurangnya minat generasi muda untuk melestarikan budaya ini, dan malah lebih dibesarkan oleh pihak asing. Maka dari itu, perlu adanya perhatian dari generasi muda supaya budaya-budaya di seluruh Indonesia tetap dilestarikan. Bukan hanya kesenian degung dari Jawa Barat, tetapi kesenian-kesenian dari berbagai daerah lainnya. Agar tidak ada lagi kesenian khas daerah dari Indonesia yang punah atau malah diakui oleh negara lain.