Kamis, 28 April 2016

SIKAP ILMIAH DAN LANGKAH PENULISAN ILMIAH

Sikap Ilmiah


Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti, untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula.

 Sikap-sikap ilmiah meliputi:

a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.

Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.

b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.

Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.

c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.

d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.

e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.

f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. 

 g. Sikap menghargai karya orang lain.

h. Sikap tekun, Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Adapun tahap-tahap dalam penyusunan karangan ilmiah

A. Tahap Persiapan
Di dalam tahap ini ada beberapa tahap yaitu :

  1. Menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian (didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah).
    Menentukan  Tema
    • Tema terbentuk berdasarkan satu topik yang akan dibahas. Topik haruslah berupa tesis.
    • Tema ditentukan lebih dahulu sebelum topik karena ruang lingkupnya lebih luas dan abstrak
    • Pokok masalah yang ditentukan sebelum menyusun karangan
    • Tesis adalah pernyataan yang didalamnya terdapat tema karangan

 Dalam pemilihan masalah/topik juga mempertimbangkan beberapa hal :

  • Harus topik yang paling menarik perhatian.
  • Terpusat pada segi lingkup yang sempit dan terbatas.
  • Memiliki data dan fakta yang obyektif.
  • Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, meskipun serba sedikit.
  • Harus memiliki sumber acuan / bahan kepustakaan yang dijadikan referensi.

Dalam pembatasan topik/penentuan judul harus memperhatikan beberapa hal berikut :

  • Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah.
  • Penentuan judul dapat dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah / setelah penulisan karya ilmiah selesai. Penentuan judul karya ilmiah : pertanyaan yang mengandung unsur 4W+1H yaitu What (apa), Why (mengapa), When (kapan), Where (dimana) dan How (bagaimana).


  1. Menentukan Tujuan
    Dalam penulisan, tujuan merupakan pedoman dalam menyusun karangan maupun mencari bahan dan data yang diperlukan. Setiap penulis memiliki tujuan tertentu sehubungan dengan kegiatan menulisnya. Misalnya untuk mempengaruhi, meyakinkan, memberi informasi, menceritakan, dan sebagainya.
  2. Mengumpulkan Bahan/Data
    • Bahan dapat diperoleh melalui apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami, dibantu dengan membaca dan daya khayal.
    • Bahan dan data yang sudah terkumpul diinventariskan dan diseleksi untuk disusun menjadi kerangka karangan.
  3. Mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis

Kerangka karangan adalah Garis besar karangan yang memuat pokok pikiran.

Disusun berdasarkan :

    • Urutanwaktu
    • Urutan peristiwa
    • Urutan penting
    • Urutan tidak langsung
    • Urutan tempat

Fungsi dari membuat kerangka karangan :

    • Mempermudah dalam penyusunan karangan
    • Menyusun karangan secara teratur
    • Menghindari penggunaan kalimat atau pokok pikiran yang berulang
    • Miniatur dari seluruh karangan

Pola Penyusunan kerangka karangan :
Mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan.

    • Pola Alamiah berdasarkan faktor alamiah
    • Pola Logis berdasarkan jalan pikiran

Mengembangkan Kerangka Karangan

Yang perlu diperhatikan adalah bahasa, susunan Isi, dan susunan pengutaraan.

  1. Hipotesis  perlu dikembangkan agar kita bisa memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang kita angkat. Ini penting untuk kita lakukan agar kita bisa menyajikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang kita hadapi. Hipotesis untuk kepentingan karya tulis ilmiah ini tidak harus dirumuskan secara formal seperti pada karya tulis penelitian. Fungsi utama hipotesis dalam karya tulis ilmiah ialah untuk mengarahkan imajinasi ilmiah kita agar bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi jika kita berupaya memecahkan permasalahan yang kita hadapi dengan pendekatan-pendekatan tertentu.
  2. Metodologi (mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran, dan teknik analisis data)

Adapun Tahap Pengumpulan data :

  • Pencarian keterangan dari bahan bacaan / referensi.
  • Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah.
  • Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti. Percobaan di laboratorium/ pengujian di lapangan.

B. Tahap Penulisan
Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.
Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

I. Bagian Pembuka


  • Cover
  • Halaman judul.
  • Halaman pengesahan.
  • Abstraksi
  • Kata pengantar.
  • Daftar isi.
  • Ringkasan isi.

II. Bagian Isi


II.1 Pendahuluan


  • Latar belakang masalah.
  • Perumusan masalah.
  • Pembahasan/pembatasan masalah.
  • Tujuan penelitian.
  • Manfaat penelitian.

II.2 Kajian teori atau tinjauan kepustakaan


  • Pembahasan teori
  • Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
  • Pengajuan hipotesis

II.3 Metodologi penelitian


  • Waktu dan tempat penelitian.
  • Metode dan rancangan penelitian
  • Populasi dan sampel.
  • Instrumen penelitian.
  • Pengumpulan data dan analisis data.

II.4 Hasil Penelitian


  • Jabaran varibel penelitian.
  • Hasil penelitian.
  • Pengajuan hipotesis.
  • Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya.

III. Bagian penunjang


  • Daftar pustaka.
  • Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian.
  • Daftar Tabel

C. Tahap Penyuntingan atau Evaluasi

Tahap penyuntingan dilakukan setelah proses penulisan dianggap selesai. Tahap penyuntingan ini bertujuan untuk :

  • Melengkapi yang kurang.
  • Membuang yang kurang relevan.
  • Menghindari penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih (overlapping).
  • Menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, misalnya dalam penulisan dan pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan paragraf, maupun penerapan kaidah ejaan.

Di samping itu penyajian juga merupakan tahapan penyuntingan. Teknik penyajian karya ilmiah harus memperhatikan:

  • Segi kerapian dan kebersihan.
  • Tata letak (layout) unsur-unsur dalam format karya ilmiah, misalnya halaman muka (cover), halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar pustaka dan lain-lain.
  • Standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, misalnya standar penulisan kutipan, catatan kaki (foot note), daftar pustaka & penggunaan Bahasa Indonesia sesuai EYD.

Dalam petunjuk teknis penulisan atau pengetikan ini terdiri dari format Jenis dan Ukuran Kertas, Format Jenis dan Tipe Huruf, Pengaturan Ruang Ketikan (lebar margin halaman kertas) , Indensi serta Penomoran Halaman.
1. Jenis dan Ukuran Kertas dalam Skripsi dan Makalah Standar Jenis dan ukuran kertas yang digunakan dalam karya ilmiah terutama penulisan Skripsi dan makalah biasaanya menggunakan kertas HVS putih, dengan berat 80 gram, dengan ukuran A4 (lebar 21 cm serta panjang 29,7 cm)
2. Jenis dan Tipe Huruf

  • Jenis huruf yang biasa digunakan dalam membuat Skripsi dan Makalah yaitu Huruf Times New Roman dengan ukuran 11. Atau juga bisa menggunakan beberapa huruf lain selain times new roman yaitu huruf Book Antiqua ukuran 10, Arial ukuran 10 serta Tahoma ukuran 9.
  • Tinta yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Makalah dan Skripsi ini menggunakan warna hitam.

3. Format Pengaturan Ruang Ketikan dan ruang tepi (margin) dalam makalah, skripsi dan laporan Ruang ketikan adalah ruang yang disediakan pada kertaas pengetikan isi makalah / Laporan / Skripsi dan karya ilmiah lainnya. Sedangkan Ruang Tepi adalah ruangan di sekeliling ruang ketikan dan ruang tepi ini harus dikosongkan. Biasanya dikenal dengan lebar margin atas, bawah, kiri serta kanan. Berikut ini pengaturannya :

  • Format Penulisan Skripsi
    Ukuran Lebar Ruang Tepi Kiri (margin Kiri) : 2 Cm
    Ukuran Lebar Ruang Tepi Kanan (margin Kanan) : 2 Cm
    Ukuran Lebar Ruang Tepi atas (margin atas) : 2 Cm
    Ukuran Lebar Ruang Tepi bawah (margin bawah) : 2 Cm

  • Format Penulisan Makalah / Laporan Ilmiah lain
    Ukuran Lebar Ruang Tepi Kiri (margin Kiri) : 2,5 Cm
    Ukuran Lebar Ruang Tepi Kanan (margin Kanan) : 2,5 Cm
    Ukuran Lebar Ruang Tepi atas (margin atas) : 2,5 Cm
    Ukuran Lebar Ruang Tepi bawah (margin bawah) : 2,5 Cm

Perlu diperhatikan bahwa untuk di tepi margin kanan, baik dalam makalah, skripsi maupun laporan karya ilmiah lainnya jangan mengorbankan kaidah pemotongan kata.
4. Indensi
Indensi memiliki pengertian permulaan pengetikan baris pertama pada setiap paragraf baru.
Pengetikan paragraf baru dimulai pada ketukan ke-7.
5. Format Penomoran Halaman Karya Ilmiah, Makalah dan Skripsi
Penomoran halaman dilakukan pada seluruh halaman yang ada dalam makalah, skripsi serta laporan karya ilmiah lain mulai dari bagaian awal hingga lampiran, kecuali untuk lembar Judul, Lembar pernyataan, lembar pengesahan, lembar persetujuan serta lembar pengesahan tim penguji tidak perlu dilakukan penomoran. Adapun ketentuan penulisan nomor halaman adalah sebagai berikut :

  1. Nomor Halaman untuk bagaian awal ditempatkan ditengah bagian bawah halaman dengan menggunakan huruf Romawi kecil (misalnya : i, ii, iii, dst).
  2. Nomor halaman untuk bagian isi dan lampiran ditempatkan di sudut kanan atas setiap halaman dengan menggunakan angka arab ( misalnya : 1,2,3 dst), kecuali halaman yang membuat awal bab.
  3. Nomor halaman untuk bagian isi yang memuat awal bab ditempatkan ditengah bagian bawah halaman dengan menggunakan angka arab (misalnya 1,2,3, dst)

6 . Penulisan Kata Bilangan Pengejaan, Pemenggalan dan Penyingkatan Kata

  • Penulisan kata bilangan
    Semua kata bilangan dari satu sampai sembilan harus ditulis dengan huruf dan tidak boleh diikuti dengan angka dalam kurung. Demikian juga bilangan-bilangan kelipatan sepuluh sampai dengan seratus dan kelipatan seribu ditulis dengan huruf, misalnya : empat puluh, lima puluh, lima ratus, dan lima ribu. Ketentuan-ketentuan diatas berlaku untuk penulisan kata bilangan dalam uraian. Sedangkan untuk nomor rumah, tanggal, nomor telepon, bilangan dalam tabel, bilangan persentase dan nomor halaman, boleh ditulis dengan angka arab.
    Bilangan yang terdiri dari empat angka atau lebih ditulis dengan memberikan satu tanda titik menyekat ribuan dan jutaan, misalnya 7.450 , 25.550 , 6.333.059 sedangkan untuk bilangan desimal, digunakan tanda koma (,) sebagai penyekat berlaku. Sedangkan penulisan nama bulan harus dengan huruf.
  • Pengejaan, pemenggalan dan penyingkatan kata harus sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku.

7. Penandatanganan Lembar Persetujuan dan Pengesahan.
Format Penandatanganan Lembar Persetujuan dan Pengesahan biasanya melibatkan para penguji, pembimbing serta Ketua Fakultas, dekan atau kepala Jurusan / Program Studi. Ditulis dengan tinta berwarna hitam serta menggunaka kertas jeruk.

Kutipan

Pengertiannya Pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang/seorang yang terkenal yang terdapat dalam sebuah buku Fungsinya :

  1. Sebagai landasan teori
  2. Memeperjelas permasalahan yang
  3. dibahas
  4. Memperkuat pendapat yang dibahas

Jenis kutipan

  1. Kutipan langsung
    kutipan pendek (kurang dari empat baris)
    kutipan panjang (lebih dari empat baris)
  2. Kutipan tak langsung
  3. Kutipan bervariasi

Cara mengutipan

  • Kutipan langsung yang kurang dari empat baris
  • Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
  • Kutipan yang ditulis pada catatankaki

Catatan Kaki
Pengertian adalah semua keterangan yang berkaitan dengan uraian (teks) yang ditulis dibagian bawah halaman yang sama.
Tata cara membuat catatan kaki

  • Penomoran
  • Pengunaan singkatan
    Singkatan – singkatan itu adalah:
    • Ibid
    • Loc. Cit
    • Op. Cit

Singkatan-singkatan yang lain:

    • C atau Ca dari Circa
    • Cap atau Chap dari Caput
    • Et al. Dari et aliii
    • Et seq dari et seqwens atau et seqwentes

Daftar Pustaka (Bibilografi)

Pengertian adalah sumber yang digunakan sebagai acuan saat menulis karya tulis. Fungsinya :

  1. Sebagai pertanggung jawaban penulis
  2. Penghargaan terhadap orang yang dijadikan sumber
  3. Indikasi bobot karangan yang dibuat
  4. Membantu pembaca yang tertarik mempelajari lebih lanjut
  5. Melengkapi catatan kaki
  6. Menjelaskan lebih lanjut tentang sumber pustaka

Penulisan Daftar Pustakaa

  • Buku
    nama pengarang
    tahun terbit
    judul buku
    tempat terbit
    nama penerbit
  • Majalah dan Surat Kabar
    Majalah:
    nama pengarang. tahunterbit. judulartikel. tanggal terbit. tempat terbit
    Antologi:
    nama pengarang. tahun terbit. judul buku. tempat terbit : nama penerbit

Sumber :
http://fahrunnisdwianjari.blogspot.co.id/2016/04/sikap-ilmiah-dan-langkah-penulisan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
http://www.slideshare.net/
http://listyawidhati.blogspot.co.id/2013

Karangan Ilmiah dan non ilmiah

Karangan deskripsi


Pengertian

Karangan deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan atau benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan dalam karangan kita merupakan hasil pengamatan panca indra kita.

Jenis Karangan Deskripsi

Secara garis besar ada 2 macam bentuk karangan deskripsi:

1. Deskripsi Ekspositori

Merupakannkarangan yang sangat logis, biasanya merupakan daftar rincian atau hal yang penting-penting saja yang disusun menurut sistem dan urutan-urutan logis objek yang diamati.

2. Deskripsi Impresionatis

Merupakan karangan yang menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk menetralisir pembacanya. Deskripsi impresionistis ini lebih menekankan impresi atau kesan penulisnya ketika melakukan observasi atau ketika melakukan impresi tersebut.

Ciri-Ciri Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:

  • menggambarkan atau melukiskan sesuatu,
  • penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
  • membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Contoh deskripsi berupa fakta:

  • Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenisflora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:

  • Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Karangan Eksposisi

Pengertian Karangan Eksposisi dan Contoh Karangan Eksposisi Tentang Kesehatan - Karangan eksposisi adalah sebuah tulisan yang terdiri dari paragraf-paragraf eksposisi yang bertujuan untuk memaparkan, memberi keterangan, atau memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada para pembacanya dengan gaya penulisan yang akurat dan padat.

 Karakteristik karangan Eksposisi:


1. Menjelaskan suatu informasi sejelas-jelasnya agar pembaca mengetahuinya
2. Membahas suatu topik yang benar-benar terjadi (data faktual)
3. Bersifat netral dan tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak pembacanya
4. Menyajiakan  analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada
5. Menyatakan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu


Langkah-langkah menulis karangan eksposisi:


1. Menentukan tema
2. Memilih data-data pendukung yang sesuai dengan tema
3. Membuat kerangka karangan
4. Mengembangkan kerangka menjadi suatu karanagn yang utuh

Dalam membuat karangan eksposisi, penulis harus mengetahui perincian tentang suatu topik yang ingin dibahas, kemudian membagi perincian tersebut berdasarkan urutan kronologisnya. Urutan kronologis dalam membuat karangan eksposisi adalah penjelasan tentang proses terjadinya atau permasalahan yang mucul pada topik, urutan fungsional, analisis sebab-akaibat, dan analisis perbandingan.





Karangan Persuasi

Suatu paragraf yang isinya berupa ajakan atau membujuk pemabacanya agar melakukan atau mengikuti apa yang penulis ungkapkan di dalam paragraf disebut dengan paragraf persuasi. Paragraf ini dibuat dengan berdasarkan pemahaman atau asumsi bahwa setiap pandangan atau pendirian umat manusia bisa berubah-ubah.

Tujuan paragraf ini adalah untuk membujuk atau mempengaruhi pembacanya agar mempercayai dan melakukan apa yang penulis sampaikan di dalam paragraf. Untuk mencapai tujuan ini, paragraf persuasi harus disertai dengan bukti dan data-data pendukung yang kuat. Di dalam paragraf persuasi banyak ditemukan kata-kata yang bersifat mengajak seperti “ayo”, “mari”, dan “lakukanlah”. Paragraf ini banyak ditemukan di dalam iklan, himbaun atau propaganda di media masa.

 


Ciri-ciri paragraf persuasi



Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf persuasi memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut ini:

1. Dikarenakan tujuan utamanya untuk mempengaruhi pembaca, paragraf persuasi memiliki alasan-alasan yang kuat disertai dengan data dan fakta.
2. Paragraf ini berusaha meyakinkan pembacanya untuk melakukan atau mempercayai yang ditulis oleh penulis.
2. Paragraf persuasi banyak menggunakan kata-kata ajakan seperti ayo, mari, lakukanlah, dan lain-lain.
3. Paragraf persuasi  biasanya menghindari konflik agar kepercayaan pembacanya tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapat antara penulis dan pembaca tercapai.

Paragraf persuasi banyak dipakai oleh media, produsen-produsen produk tertentu atau keperluan politik karena paragraf persuasi merupakan cara yang paling efektif untuk mempengaruhi pembacanya.

 


Contoh paragraf persuasi:



Menggunakan pupuk berbahan dasar kimia memang bisa mempercepat pertumbuhan tanaman dan dapat meningkatkan hasil panen. Namun, pupuk kimia memiliki dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya karena pupuk ini bisa mencemari lingkungan. Bahkan, pupuk ini juga bisa membuat buah-buahan yang dihasilkan terkontaminasi oleh zat-zat kimia yang berbahaya buat tubuh manusia. Oleh karena itu, tinggalkanlah pupuk kimia dan beralihlah ke pupuk kompos karena selain harganya yang murah, pupuk kompos juga aman dan tidak menimbulkan efek negatif bagi buah yang dihasilkan. 

 


Karangan Argumentasi

Berdasarkan tujuannya suatu tulisan dapat dibagi menjadi karangan argumentasi, deskrispsi, narasi, eksposisi, dan persuasi. Pada kesempatan marilah kita bahas tentang karangan argumentasi lebih jauh.

Karangan argumentasi adalah salah satu bentuk tulisan yang isinya berupa pendapat-pendapat penulis mengenai suatu hal dengan mengemukakan pendapat berupa alasan, contoh dan bukti yang kuat. Karangan ini bertujuan untuk menyakinkan atau mempengaruhi pembaca untuk dapat memiliki pandangan yang sama dengan penulis. 


Ciri-Ciri Karangan Argumentasi


Paragraf argumentasi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Paragraf ini berusaha menyakinkan pembaca agar percaya dengan pendapat penulis
2. Paragraf ini disertai dengan pembuktian berupa data, fakta, grafik, table, dan lain-lain.
3. Paragraf ini meghindari keterlibatan emosi dan subjektivitas dalam mengemukakan pendapanya.
4. Paragraf ini menggunakan logika dan penalaran sebagai landasan berfikirnya.

Di dalam karangan argumentasi, ada 3 bagian utama yang harus ada, yaitu:

1. Pendahuluan

Bagian pendahuluan merupakan bagian awal di mana penulis akan memperkenalkan topik yang kan dibahasnya.

2. Tubuh argument

Pada bagian ini berisi argument atau pandangan-pandangan penulis mengenai topik yang seadang dibahas.

3. Kesimpulan

Bagian kesimpulan merupakan inti atau ringkasan seluruh pendapat pengarang akan suatu topik yang sedang di bahas.


Contoh

Bullying

Budaya bullying sangatlah berbahaya bagi tumbuh dan berkembang anak-anak. Bullying dapat merusak masa depan dan menajadikan mereka pasif dan apatis terhadap dirinya dan juga lingkungnnya. Sebetulnya bullying telah terjadi sejak zaman dahulu dan tidak ada yang tahu kapan budaya bullying dimulai.

Bahaya yang dapat disebabkan oleh bullying ini sangat begitu besar bagi anak-anak. Anak-anak korban bullying yang terus mendapatkan tekanan dan ejekan dari teman-temannya akan menderita tekanan batin yang sangat berat. Mereka akan menjadi takut bersosialisai dan berinteraksi dengan orang lain. Akibatnya mereka mulai menjauhkan diri dari lingkungannya. Sehingga terjadilah anak-anak yang kurang percaya diri atau bahkan lebih parah lagi anak-nak yang menjadi stress.

Oleh karena itu, jauhi dan awasilah perilaku bullying di dalam lingkungan anak-anak agar masa depan mereka tidak hancur dan menjadi anak-anak yang aktif dan berprestasi.


Karangan Narasi

Suatu karangan yang menyajikan sebuah cerita berupa serangkaian peristiwa yang disusun dengan urutan waktu atau kronologis adalah karangan narasi. Karangan ini sendiri bertujuan untuk menghibur para pembacanya melalui cerita atau kisah-kisah baik berupa cerita fiksi maupun non-fiksi yang disampaikan oleh penulis. Karangan narasi banyak ditemukan pada novel, roman, cerpen, biografi, dan otobiografi.


Ciri-Ciri Karangan Narasi


Sebuah karangan dapat dikatakan sebagai karangan narasi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Isi karangan narasi berupa sebuah cerita, atau peristiwa tertentu.
2. Cerita atau peristiwa yang disampaikan memiliki urutan waktu yang jelas dari tahap awal hingga akhir.
3. Menampilkan suatu peristiwa atau konflik di dalam cerita.
4. Memiliki unsur-unsur berupa latar, setting, tema, karakter, dan lain-lain.




Contoh Karangan Narasi Pendek


Narasi Informatif/Ekspositoris


Perang Surabaya

Pada tanggal 10 November meletuslah sebuah perlawanan rakyat di Surabaya untuk mengusir Belanda dan para sekutunya dari tanah air. Perang ini berawal dari kemarahan tentara inggris akibat dari terbunuhnya pimpinan mereka, Brigadir Jenderal Mallaby. Akibat tewasnya pimpinan mereka pihak Inggris dan sekutunya memberikan sebuah ultimatum kepada seluruh pejuang yang da di Surabaya waktu itu untuk menyerah.

Bukannya menyerah, ultimatum tersebut malah dianggap sebuah penghinaan oleh para pejuang dan rakyat. Mereka membentuk sebuah milisi-milisi perjuangan untuk menghadapi piahk Inggris yang mengancam untuk menyerang.

Mengetahui utimatumnya ditolak, pihak Inggris dan sekutunya marah besar, kemudian pada 10 November pagi mereka melancarkan serangan besar-besaran melalui laut, darat dan udara dengan mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank dan kapal perang. Kota Surabaya diserang habis-habisan oleh pihak sekutu. Mereka mengebom gedung-gedung pemerintahan dan membunuh para pejuang. Kejadian waktu itu sangatlah mengerikan, pembunuhan terjadi di mana-mana dan membuat para pejuang terdesak.

Namun, diluar dugaan rencana mereka untuk menaklukan kota Surabaya dalam 3 hari gagal. Seluruh pejuang dan rakyat Surabaya turun ke jalan untuk melakukan perlawanan. Semangat juang para pahlawan waktu itu muncul berkat seorang pemuda yang bernama Bung Tomo, dia dengan gagah berani memekikan pidato untuk membakar seluruh semangat para pejuang.

Pertempuran Surabaya berlangsung sekitar 3 minggu dan dimenangkan oleh pihak sekutu. Meskipun kota Surabaya jatuh ketangan sekutu, perlawanan rakyat Surabya waktu itu membangkitkan semangat juang seluruh rakyat Indonesia.  








Contoh artikel ilmiah / non ilmiah di media

Sumber: https://parapenuliskreatif.wordpress.com/category/artikel-ilmiah-populer/

Anak Merokok, Siapa Yang Salah ?



Masih segar di ingatan, bocah bernama Sandi yang sempat menjadi perbincangan banyak orang akibat kebiasaan yang tidak lazim di usianya yaitu merokok. Dalam video yang banyak beredar di dunia maya, memperlihatkan jika cara merokok Sandi sudah seperti orang dewasa. Ketika melihat video tersebut, muncul beberapa pertanyaan, bagaimana Sandi bisa mendapatkan rokok ?, apakah orang tuanya membiarkannya ?

Sudah biasa kita melihat sekelompok anak muda baik itu anak sekolah ataupun yang tidak berseragam sekolah, beberapa di antara mereka pasti merokok. Yang lebih parah, anak-anak SD dan SMP sudah banyak yang menghisap tembakau ini.

Faktor yang menyebabkan hal ini mungkin hanya hal yang sepele. Mungkin saja berawal dari orang tua yang sering menyuruh anaknya untuk membelikannya rokok, kemudian anak itu bertanya-tanya mengapa orang tuanya itu suka sekali mengonsumsi rokok. Padahal seorang anak biasanya senang meniru tingkah laku orangtua nya.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K) dikutip darihttp://www.depkes.go.id/, lebih dari sepertiga pelajar dilaporkan biasa merokok, dan ada 3 di antara 10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun (The Global Youth Tobacco Survey, 2006).

The Global Youth Tobacco Survey (2006) di Indonesia 64.2% anak-anak sekolah yang disurvei melaporkan terpapar asap rokok selama mereka di rumah atau menjadi second hand smoke (SHS). Lebih dari 43 juta anak Indonesia tinggal dengan perokok di rumah. Global Youth Tobacco Survey (2006) melaporkan 89% anak-anak usia 13-15 tahun terpapar SHS di tempat-tempat umum. Anak-anak yang terpapar SHS mengalami penurunan pertumbuhan paru, mudah terinfeksi saluran pernafasan dan telinga, dan asma.

Melihat data di atas, terlihat jika keluarga mempunyai peran penting mengenai kebiasaan seorang anak yang merokok. Dari kebiasaan di rumah tentunya akan menjadi kebiasaan di luar rumah. Belum lagi pengawasan orang tua yang tidak bisa penuh selama 24 jam menambah kemungkinan anak di bawah umur untuk merokok. Faktor lingkungan juga mempengaruhi hal ini. Lingkungan sekolah dan bermain anak-anak juga harus diperhatikan. Tidak jarang seorang guru merokok di depan siswa-siswanya ketika jam istirahat ataupun pulang sekolah. Hal ini juga menjadi pemicu rasa keingintahuan anak untuk merokok.

Melihat hal itu, mungkin peraturan batas minimal usia perokok harus lebih diperhatikan. Pembatasan berupa larangan mengonsumsi dan membeli rokok oleh anak di bawah usia 18 tahun sudah sering kita lihat di iklan media massa. Namun yang terjadi di lapangan bertolak belakang dengan iklan tersebut. Para pedagang rokok seolah-olah tidak mempedulikan peraturan tersebut. Anak-anak dibuat mudah mendapatkan rokok. Mudahnya anak-anak memperoleh rokok, tentunya akan memberi pengaruh terhadap lingkungan kepada anak yang tidak merokok.

Dalam hal ini pemerintah memang memegang peran besar. Jika pemerintah lebih tegas dalam peraturan bukan tidak mungkin angka perokok di Indonesia akan jauh menurun. Namun untuk mencapai hal itu pemerintah akan menemui batu yang besar, antara lain, para produsen rokok akan melakukan protes besar, karena mengingat keuntungan mereka akan berkurang secara drastis, dengan berkurangnya keuntungan mereka maka nasib buruh rokok menjadi tanda tanya, bagaimana nasib para petani tembakau.

Kebanyakan perokok sebenarnya menyadari bahaya rokok tapi mungkin karena terlambat menyadari sehingga mereka sudah terlanjur tercandu oleh itu, dan tidak ada niat yang kuat berhenti. Terlambat sadarnya karena mungkin awal ia mulai mengonsumsi rokok itu waktu kecil dan ia belum tahu apa-apa tentang bahaya rokok, dan ketika ia tahu sudah terlambat dan dalam benaknya sudah tertanam sulit untuknya lepas dari rokok.

Tapi keinginan berbagai pihak untuk mengurangi jumlah perokok tidak akan terwujud tanpa kerjasama dari berbagai pihak. Entah itu itu dari orang tua, para distributor rokok dalam arti para penjual rokok, dan pemerintah. Karena apa bila tidak ada kerja sama dari pihak-pihak itu mustahil akan tercapai semua itu.

Sumber:
http://fahrunnisdwianjari.blogspot.co.id/2016/04/karangan-ilmiah-dan-non-ilmiah.html
http://www.kelasindonesia.com

Jumat, 08 April 2016

Tugas Bahasa Indonesia 2 : Penalaran Induktif & Deduktif

PENALARAN INDUKTIF

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.

Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menyukai kebudayaan dari jepang seperti cosplay, harajuku style, maid cafe dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai j-rock, j-metal, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren jepang. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional. (sumber)

Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.

Contoh generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia diseluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.

Macam-macam generalisasi
1.      Generalisasi sempurna yaitu, generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki semua. Contohnya : Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari.
2.      Generalisasi tidak sempurna yaitu, generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Contohnya : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia adalah menusia yang suka bergotong-royong.

Contoh analogi :
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan Bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti Bumi. Jika Bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.

Contoh hubungan sebab akibat :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.

PENALARAN DEDUKTIF

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh:
·                     Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. (sumber)
·                     Kebersihan sangat menjadi masalah di sekolah. Ini terjadi karena banyak murid-murid yang tidak sadar akan kebersihan. Padahal “kebersihan adalah sebagian dari iman”. (sumber)

Macam-macam penalaran deduktif, diantaranya :

a.      Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh :
PU  : Setiap orang asing harus memiliki izin kerja, jika ingin bekerja di Indonesia.
PK  : Peter White itu orang asing.
S    : Jadi, Peter White harus memiliki izin kerja jika ingin bekerja di Indonesia.
keterangan
PU  =premis umum
PK  = premis khusus
S    = silogisme
  
b.      Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.

CONTOH BERITA  DEDUKTIF
JAKARTA – Museum tidak boleh lagi identikdenganruangantuayangkusam dan berisi barang-barang antik semata. Mereka yang mendatanginya tidak boleh hanya pencinta sejarah.
Sebaliknya museum harus dibuat semenarik mungkin sehingga bisa menyedot perhatian sebanyak mungkin orang. Hal itu penting bukan hanya untuk menguatkan posisi museum sebagai pusat edukasi, tetapi juga sebagai destinasi wisata. Langkah tersebut hanya bisa terwujud jika pengelola museum melakukan berbagai inovasi, termasuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
Rupanya kesadaran untuk melakukan inovasi mulai dilakukan pengelola sejumlah museum di Tanah Air seperti Museum Bank Indonesia (BI), Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Museum Transportasi TMII, Museum Benteng Vredeburg Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Sragen. Museum BI, misalnya, melakukan inovasi konsep pelayanan yang mampu membuat pengunjung semakin banyak.
”Museum BI memiliki konsep smart museum dengan mempergunakan berbagai teknologi sebagai peraganya. Hal ini dilakukan Museum BI tanpa melupakan perannya sebagai wahana edukasi kepada masyarakat,” ujar Kepala Museum BI, Yiyok T Herlambang, di Jakarta. Inovasi Museum BI terasa begitu pengunjung memasuki ruangan museum. Pengunjung yang hadir akan disuguhi informasi mengenai tugas dan fungsi BI. Masyarakat pun jadi bisa mengetahui secara persis perihal BI. Apalagi masih ada anggapan dari masyarakat bahwa BI tidak berbeda dengan Bank Mandiri, Bank BNI, dan sejenisnya.
Dengan konsep seperti itu, tidak mengherankan kalau pada saat ini sejumlah pihak telah menyatakan minatnya mengadopsi konsep yang dikembangkan Museum BI. Beberapa perwakilan bank sentral dari negara lain menyatakan kekagumannya atas konsep museum tersebut. ”Beberapa hari lalu ada rombongan dari Bank Sentral Nepal. Mereka sangat mengapresiasi museum ini,” ujar dia.
Bahkan sejumlah biro travel telah menjadikan Museum BI sebagai salah satu destinasinya. Itulah sebabnya, jumlah kunjungan di Museum BI cukup tinggi. Pada tahun lalu, jumlah pengunjung mencapai 220.000 orang. Jumlahnya diperkirakan meningkat pada tahun ini mengingat hingga Maret, jumlah pengunjung telah mencapai 60.000 orang. Selain inovasi pelayanan, Museum BI juga terus melakukan pembenahan, salah satunya dengan memperbanyak koleksi. Dalam waktu dekat, Museum BI akan membuka bagian bank syariah.
”Termasuk rencana membuka miniatur museum di sejumlah daerah. Terdekat di Yogyakarta. Saat ini sedang dalam proses penyusunan dan layout ,” tutur dia. Adapun Kepala Museum KAA Thomas Siregar melakukan inovasi dengan menggabungkan layanan pemandu untuk merangsang pengunjung agar menggali lebih dalam tentang sejarah KAA, membangun suasana atau atmosfer yang nyaman kepada pengunjung, dan memberikan pengalaman sehingga saat pulang dari museum pengunjung mendapat pengetahuan yang membekas.
Sejauh ini upaya tersebut cukup sukses menarik minat pengunjung. Bahkan dari catatan terakhir di 2016, jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat sebanyak 3.000 orang lebih pada Februari. Sebelumnya, jumlah pengunjung pada Januari 2016 sebanyak 27.431 orang dan sebanyak 30.406 pada Februari 2016. ”Wisatawan mancanegara yang berkunjung juga mengalami peningkatan pada periode yang sama, dari 460 orang menjadi 725 orang,” ujar Thomas.
Museum Transportasi TMII juga mulai melakukan inovasi. Menurut Kepala Museum Transportasi Danang Setyo Wibowo, pembenahan di antaranya dilakukan pada aspek marketing dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, yakni melalui platform media digital. ”Informasi melalui Facebook, Twitter dan media sosial lainnya akan ditingkatkan untuk menjaring pengunjung.
Rata-rata pengunjung harian sekitar 1.000 orang. Kalau hari kerja biasa dikunjungi pelajar atau mahasiswa. Kalau di hari libur masyarakat umumnya sebagian besar bukan berasal dari Jabodetabek,” terang dia. Danang mengaku pihaknya telah menargetkan agar di masa mendatangsemakinbanyakwisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung.
Untuk itu dia menjalin kerja sama dengan sejumlah komunitas pencinta transportasi dari dalam maupun luar negeri. Salahsatuprogramyangsegera direalisasi adalah labelisasi dua bahasa pada setiap koleksi. ”Kami menargetkan dalam beberapa tahun ke depan sudah bisa go international, ” terang dia. Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga akan melakukan hal yang sama.
Menurut Educator Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Ari Suryanto, pihaknya juga mulai melakukan sosialisasi penggunaan media sosial untuk mendatangkan pengunjung. Pada saat ini, pengunjung di Museum Perumusan Naskah Proklamasi baru 1.000 orang per bulannya. Sosialisasi dan edukasi ke sekolah juga terus ditingkatkan. Bukan hanya di Jakarta, tetapi juga di pulau lain. Langkah itu dinilainya strategis karena bukan hanya menyosialisasi pentingnya berkunjung ke museum, tetapi juga memberikan edukasi mengenai peristiwa bersejarah yang menjadi bagian penting pada kemerdekaan Indonesia.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, Sukronedi, menuturkan pihaknya menyediakan tiga display yang disusun sebaik mungkin baik dengan dukungan sistem teknologi informasi. Setiap display yang ada selalu dilengkapi dengan narasi singkat mengenai apa yang ditampilkan. Hal itu agar masyarakat tahu dan bisa belajar lebih tentang apa yang ada di museum tersebut.
”Setiaptahunkitaselalu melakukan perubahan baik di sisi tampilan atau di sisi koleksi yang dipertontonkan, hal itu agar masyarakat tidak jenuh,” ujarnya. Dengan inovasi dan pengembangan yang terus dilakukan, saat ini museum tersebut selalu mengalami peningkatan pengunjung. Pada tahun 2007 yang lalu jumlah kunjungan ke museum Sangiran masih di bawah 50.000 orang setahun. Namun berkat pengembangan yang dilakukan saat ini pengunjung museum sudah mencapai 400.000 orang setahun.
Adapun Museum Benteng Vredeburg, DIY, melakukanpembenahan dengan menggandeng sejumlah komunitas masyarakat seperti komunitas pecinta sejarah, komunitas musik, dan komunitas anak muda lainnya. Para komunitas itu diberi ruang dan waktu untuk berekspresi di Vredeburg. ”Kami sediakan jadwal dan panggung bagi para komunitas. Biasanya akhir pekan sebagai magnet wisatawan,” ujar Kepala Museum Benteng Vredeburg, Zainul Azzah.
Selain itu, pihak museum juga menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk menarik pengunjung dari kalangan pelajar. Museum berulang kali menggelar lomba bertema sejarahyangmelibatkanpelajardari tingkat TK hingga SMA seperti lomba melukis dan bercerita.
”Bulan April ini kami akan gelar lomba cerita sejarah bagi pelajar SMA/sederajat,” kata Azzah. Dengan langkah tersebut, angka pengunjung Museum Vredeburg tahun 2015 tercatat lebih dari 460 ribu orang. Angka itu naik dari tahun 2014 yang hanya 400 ribuan.
Hermansah/arief setiadi/robi ardianto/ Heru Muthahari neneng zubaidah/maman adi saputro/muhammad roqib
Ide pokok gagasan paragraf di atas terdapat pada awal (deduktif) paragraf, yakni “Museum tidak boleh lagi identikdenganruangantuayangkusam dan berisi barang-barang antik semata.”

Sumber :
- http://saras26.blogspot.co.id/2016/04/berpikir-induktif-dan-deduktif-tugas.html
- http://dhitaayunurjanah.blogspot.co.id/2016/04/penalaran-induktif-dan-deduktif.html