PENALARAN INDUKTIF
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.
Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menyukai kebudayaan dari jepang seperti cosplay, harajuku style, maid cafe dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai j-rock, j-metal, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren jepang. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional. (sumber)
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contoh generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia diseluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Macam-macam generalisasi
1. Generalisasi sempurna yaitu, generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki semua. Contohnya : Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari.
2. Generalisasi tidak sempurna yaitu, generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Contohnya : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia adalah menusia yang suka bergotong-royong.
Contoh analogi :
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan Bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti Bumi. Jika Bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
Contoh hubungan sebab akibat :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.
PENALARAN DEDUKTIF
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh:
· Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. (sumber)
· Kebersihan sangat menjadi masalah di sekolah. Ini terjadi karena banyak murid-murid yang tidak sadar akan kebersihan. Padahal “kebersihan adalah sebagian dari iman”. (sumber)
Macam-macam penalaran deduktif, diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh :
PU : Setiap orang asing harus memiliki izin kerja, jika ingin bekerja di Indonesia.
PK : Peter White itu orang asing.
S : Jadi, Peter White harus memiliki izin kerja jika ingin bekerja di Indonesia.
keterangan
PU =premis umum
PK = premis khusus
S = silogisme
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.
CONTOH BERITA
DEDUKTIF
JAKARTA – Museum tidak boleh lagi
identikdenganruangantuayangkusam dan berisi barang-barang antik semata. Mereka
yang mendatanginya tidak boleh hanya pencinta sejarah.
Sebaliknya museum harus dibuat semenarik mungkin
sehingga bisa menyedot perhatian sebanyak mungkin orang. Hal itu penting bukan
hanya untuk menguatkan posisi museum sebagai pusat edukasi, tetapi juga sebagai
destinasi wisata. Langkah tersebut hanya bisa terwujud jika pengelola museum
melakukan berbagai inovasi, termasuk memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi.
Rupanya kesadaran untuk melakukan inovasi mulai
dilakukan pengelola sejumlah museum di Tanah Air seperti Museum Bank Indonesia
(BI), Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Museum Transportasi TMII, Museum
Benteng Vredeburg Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum Perumusan Naskah
Proklamasi, dan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Sragen.
Museum BI, misalnya, melakukan inovasi konsep pelayanan yang mampu membuat
pengunjung semakin banyak.
”Museum BI memiliki konsep smart museum dengan
mempergunakan berbagai teknologi sebagai peraganya. Hal ini dilakukan Museum BI
tanpa melupakan perannya sebagai wahana edukasi kepada masyarakat,” ujar Kepala
Museum BI, Yiyok T Herlambang, di Jakarta. Inovasi Museum BI terasa begitu
pengunjung memasuki ruangan museum. Pengunjung yang hadir akan disuguhi
informasi mengenai tugas dan fungsi BI. Masyarakat pun jadi bisa mengetahui
secara persis perihal BI. Apalagi masih ada anggapan dari masyarakat bahwa BI
tidak berbeda dengan Bank Mandiri, Bank BNI, dan sejenisnya.
Dengan konsep seperti itu, tidak mengherankan
kalau pada saat ini sejumlah pihak telah menyatakan minatnya mengadopsi konsep
yang dikembangkan Museum BI. Beberapa perwakilan bank sentral dari negara lain
menyatakan kekagumannya atas konsep museum tersebut. ”Beberapa hari lalu ada
rombongan dari Bank Sentral Nepal. Mereka sangat mengapresiasi museum ini,”
ujar dia.
Bahkan sejumlah biro travel telah menjadikan
Museum BI sebagai salah satu destinasinya. Itulah sebabnya, jumlah kunjungan di
Museum BI cukup tinggi. Pada tahun lalu, jumlah pengunjung mencapai 220.000
orang. Jumlahnya diperkirakan meningkat pada tahun ini mengingat hingga Maret,
jumlah pengunjung telah mencapai 60.000 orang. Selain inovasi pelayanan, Museum
BI juga terus melakukan pembenahan, salah satunya dengan memperbanyak koleksi.
Dalam waktu dekat, Museum BI akan membuka bagian bank syariah.
”Termasuk rencana membuka miniatur museum di
sejumlah daerah. Terdekat di Yogyakarta. Saat ini sedang dalam proses
penyusunan dan layout ,” tutur dia. Adapun Kepala Museum KAA Thomas Siregar
melakukan inovasi dengan menggabungkan layanan pemandu untuk merangsang
pengunjung agar menggali lebih dalam tentang sejarah KAA, membangun suasana
atau atmosfer yang nyaman kepada pengunjung, dan memberikan pengalaman sehingga
saat pulang dari museum pengunjung mendapat pengetahuan yang membekas.
Sejauh ini upaya tersebut cukup sukses menarik minat
pengunjung. Bahkan dari catatan terakhir di 2016, jumlah wisatawan yang
berkunjung meningkat sebanyak 3.000 orang lebih pada Februari. Sebelumnya,
jumlah pengunjung pada Januari 2016 sebanyak 27.431 orang dan sebanyak 30.406
pada Februari 2016. ”Wisatawan mancanegara yang berkunjung juga mengalami
peningkatan pada periode yang sama, dari 460 orang menjadi 725 orang,” ujar
Thomas.
Museum Transportasi TMII juga mulai melakukan
inovasi. Menurut Kepala Museum Transportasi Danang Setyo Wibowo, pembenahan di
antaranya dilakukan pada aspek marketing dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi, yakni melalui platform media digital. ”Informasi melalui Facebook,
Twitter dan media sosial lainnya akan ditingkatkan untuk menjaring pengunjung.
Rata-rata pengunjung harian sekitar 1.000 orang.
Kalau hari kerja biasa dikunjungi pelajar atau mahasiswa. Kalau di hari libur
masyarakat umumnya sebagian besar bukan berasal dari Jabodetabek,” terang dia.
Danang mengaku pihaknya telah menargetkan agar di masa mendatangsemakinbanyakwisatawan
dalam dan luar negeri yang berkunjung.
Untuk itu dia menjalin kerja sama dengan sejumlah
komunitas pencinta transportasi dari dalam maupun luar negeri.
Salahsatuprogramyangsegera direalisasi adalah labelisasi dua bahasa pada setiap
koleksi. ”Kami menargetkan dalam beberapa tahun ke depan sudah bisa go
international, ” terang dia. Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga akan
melakukan hal yang sama.
Menurut Educator Museum Perumusan Naskah
Proklamasi, Ari Suryanto, pihaknya juga mulai melakukan sosialisasi penggunaan
media sosial untuk mendatangkan pengunjung. Pada saat ini, pengunjung di Museum
Perumusan Naskah Proklamasi baru 1.000 orang per bulannya. Sosialisasi dan
edukasi ke sekolah juga terus ditingkatkan. Bukan hanya di Jakarta, tetapi juga
di pulau lain. Langkah itu dinilainya strategis karena bukan hanya
menyosialisasi pentingnya berkunjung ke museum, tetapi juga memberikan edukasi
mengenai peristiwa bersejarah yang menjadi bagian penting pada kemerdekaan
Indonesia.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, Sukronedi, menuturkan pihaknya menyediakan
tiga display yang disusun sebaik mungkin baik dengan dukungan sistem teknologi
informasi. Setiap display yang ada selalu dilengkapi dengan narasi singkat
mengenai apa yang ditampilkan. Hal itu agar masyarakat tahu dan bisa belajar
lebih tentang apa yang ada di museum tersebut.
”Setiaptahunkitaselalu melakukan perubahan baik di
sisi tampilan atau di sisi koleksi yang dipertontonkan, hal itu agar masyarakat
tidak jenuh,” ujarnya. Dengan inovasi dan pengembangan yang terus dilakukan,
saat ini museum tersebut selalu mengalami peningkatan pengunjung. Pada tahun
2007 yang lalu jumlah kunjungan ke museum Sangiran masih di bawah 50.000 orang
setahun. Namun berkat pengembangan yang dilakukan saat ini pengunjung museum
sudah mencapai 400.000 orang setahun.
Adapun Museum Benteng Vredeburg, DIY,
melakukanpembenahan dengan menggandeng sejumlah komunitas masyarakat seperti
komunitas pecinta sejarah, komunitas musik, dan komunitas anak muda lainnya.
Para komunitas itu diberi ruang dan waktu untuk berekspresi di Vredeburg. ”Kami
sediakan jadwal dan panggung bagi para komunitas. Biasanya akhir pekan sebagai
magnet wisatawan,” ujar Kepala Museum Benteng Vredeburg, Zainul Azzah.
Selain itu, pihak museum juga menjalin kerja sama
dengan Dinas Pendidikan untuk menarik pengunjung dari kalangan pelajar. Museum
berulang kali menggelar lomba bertema sejarahyangmelibatkanpelajardari tingkat
TK hingga SMA seperti lomba melukis dan bercerita.
”Bulan April ini kami akan gelar lomba cerita
sejarah bagi pelajar SMA/sederajat,” kata Azzah. Dengan langkah tersebut, angka
pengunjung Museum Vredeburg tahun 2015 tercatat lebih dari 460 ribu orang.
Angka itu naik dari tahun 2014 yang hanya 400 ribuan.
Hermansah/arief setiadi/robi ardianto/ Heru
Muthahari neneng zubaidah/maman adi saputro/muhammad roqib
Ide pokok gagasan paragraf di atas terdapat pada
awal (deduktif) paragraf, yakni “Museum tidak boleh lagi
identikdenganruangantuayangkusam dan berisi barang-barang antik semata.”
Sumber :
- http://saras26.blogspot.co.id/2016/04/berpikir-induktif-dan-deduktif-tugas.html
- http://dhitaayunurjanah.blogspot.co.id/2016/04/penalaran-induktif-dan-deduktif.html
Sumber :
- http://saras26.blogspot.co.id/2016/04/berpikir-induktif-dan-deduktif-tugas.html
- http://dhitaayunurjanah.blogspot.co.id/2016/04/penalaran-induktif-dan-deduktif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar