Rabu, 12 November 2014

Kalkulator Sederhana Dalam VB

Dalam program ini, kita akan membuat sebuah kalkulator sederhana. Program ini berada di form 2, dan masih satu project dengan program yang di atas. Kita buat desain form seperti gambar berikut :

Disini kita tidak memakai tombol, hanya 4 buah label, dan 4 buah textbox. Setelah itu, masukkan kodingan seperti dibawah ini :

Kodingan kita masukkan pada textbox3, disini eventnya adalah keypress, dan tombol yang dipakai adalah keyascii = 13 yaitu enter, jadi bila kita tekan enter pada textbox3, program ini akan berjalan.
Pertama kita deklarasikan 2 buah variabel yaitu bil1 dan bil2 yang bertipe data integer. Kemudian kita masukkan bil1 pada textbox1 dan bil2 pada textbox2. Setelah itu, kita gunakan select case untuk menentukan input pada textbox3 dan apa yang akan terjadi pada textbox4 jika input tersebut dimasukkan. Disini kita ada 4 case, yaitu :
Case “+”
Maka bil1 dan bil2 akan dijumlahkan.
Case “-“
Maka bil1 akan dikurangi bil2
Case “*”
Maka bil1 akan dikalikan dengan bil2
Case “/”
Maka bil1 akan dibagi dengan bil2
Dan hasilnya akan ditampilkan di textbox4. Jadi, pada textbox3 hanya 4 karakter diatas yang bisa diinput yaitu +,-,*, dan / . selain daripada itu, program tidak akan meresponnya. Untuk menjalankan program ini, Bila kita jalankan maka form1 akan muncul, kemudian kita klik tombol next, maka form1 akan hilang dan program ini akan muncul :

Kita masukkan di bilangan1 80, dan bilangan2 80, lalu kita masukkan operator tambah (+) kemudian tekan enter, maka hasilnya :

80 + 80 = 160. Maka di textbox4 akan muncul hasil dari 80 ditambah 80 yaitu 160. Program akan berjalan sesuai operator yang kita masukkan. Apakah +,-,* atau +.

Terima Kasih…..

Contoh Program Kondisi VB6

1.      Membuat Program Kondisi
Pada program ini kita akan membuat sebuah program yang nantinya akan menghitung jumlah nilai UTS, dan UAS yang akan dijumlahkan. Pertama, kita buat dulu desain form sebagai berikut :

Kita lihat, dalam gambar diatas ada 5 textbox, dan hasil input dari textbox tersebut semuanya akan kita tampilkan dalam sebuah messagebox beserta grade nilai yang kita dapatkan dari hasil UTS dan UAS. Bila sudah membuat desain form seperti diatas, masukkan kodingan seperti berikut :

Gambar diatas adalah kode untuk tombol proses. Jadi bila kita klik tombol proses, maka program inilah yang akan berjalan. Pertama kita deklarasikan beberapa variabel yang akan digunakan. Nama, kelas, npm, dan grade kita beri tipe data string, kemudian uts, uas, dan nilai kita beri tipe data integer karena variabel-variabel ini akan mengalami proses hitung. Kemudian masing-masing variabel kita masukkan pada textbox.
Variabel nama kita masukkan pada textbox1
Variabel kelas kita masukkan pada textbox 2
Variabel npm kita masukkan pada textbox 3
Variabel uts kita masukkan pada textbox 4
Variabel uas kita masukkan pada textbox 5
Setelah itu buat rumus untuk menghitung nilai dari variabel nilai. rumusnya adalah :
Nilai = (uts * 0.7) + (uas * 0.3)
Kemudian kita masukkan statement kondisi untuk menentukan data dari variabel grade. Dengan ketentuan :
Bila nilai >= 80 dan <= 100 maka grade = “grade anda A”
Bila nilai >= 70 dan <= 79 maka grade = “Grade anda B”
Bila nilai >= 60 dan <= 69 maka grade = “Grade anda C”
Bila nilai >= 50 dan <= 59 maka grade = “Grade anda D”
Selain itu grade = “Grade anda E”
Bila telah diketahui data dari variabel grade, maka semua data dari masing masing variabel akan dimunculkan di dalam messagebox.

Kemudian, coding diatas adalah untuk tombol clear, tombol Exit, dan tombol Next. Pada tombol clear, text1.text = clear, berfungsi untuk mengosongkan kembali masing-masing textbox yang tadi telah kita isi, kemudian pada tombol Exit akan muncul messagebox bertuliskan “Sampai Jumpa” sebelum keluar program. Lalu pada tombol Next, bila kita klik maka kita akan beralih ke form 2, dan form 1 akan otomatis keluar. Form 2 akan dibahas pada judul kedua nanti. Bila kita run program ini, maka akan tampil sebagai berikut :

Kita input dulu masing-masing data pada textbox, seperti nama, kelas, npm, sampai nilai uts dan uas. Setelah itu, kita klik tombol proses, maka akan muncul messagebox

Seperti itulah textboxnya, semua data yang kita masukkan pada textbox tadi akan dimunculkan di dalam messagebox, ditambah data dari variabel grade yang kita tentukan lewat statement kondisi tadi. Setelah itu, klik OK pada messagebox. Untuk membersihkan kembali semua textbox, kita klik tombol clear, maka akan semua textbox akan kembali bersih.
 Sekian penjelasan program kali ini, mohon maaf bila masih banyak kekurangan ya!

Terima Kasih!

Program Perulangan Bahasa Pemrograman COBOL.

Dalam kesempatan kali ini, kita akan membuat program segitiga menggunakan perulangan dalam bahasa cobol. Perulangan disini kita memakai varying, dan perform untuk memanggil sebuah paragraph/prosedur. Langsung saja, untuk membuat program ini, pertama kita buat dulu kodingannya dalam text editor sebagai berikut :
Jangan lupa perhatikan urutan divisi dan sectionnya, serta kolom ketika menulis program agar menghindari kesalahan saat dicompile. Jika sudah membuat program seperti diatas, buka command prompt dan masuk pada direktori cobol. Setelah itu, compile program, karena program ini saya berinama seg.cob, maka ketik “COBOL SEG.COB” untuk mengcompile program. Pastikan tidak terjadi error atau kesalahan ketika dicompile seperti gambar berikut :

Didalam dialog terdapat kalimat “no errors or warnings” artinya penulisan program bebas dari pesan kesalahan. Setelah itu, kita run program dengan mengetikkan “RUNCOB SEG.COB”. Maka akan muncullah output dari program berupa segitiga seperti gambar berikut :

LOGIKA PROGRAM.
Berikut adalah penjelasan program dari masing-masing division:
-          IDENTIFICATION DIVISION
Identification division adalah divisi dimana kita menuliskan identitas dari program yang kita buat, komentar, tanggal compile, dll. Tapi didalam program ini, kita hanya menuliskan program-id dan nama author saja. Sebenarnya masih banyak yang bisa kita tambahkan pada identification division ini, tergantung kebutuhan pemakai.
-          DATA DIVISION
A. WORKING-STORAGE SECTION.
Adalah section dimana kita mendeklarasikan variabel-variabel yang akan digunakan didalam program. Didalam program ini, dideklarasikan 3 buah variabel dengan level number 77. Level number 77 sendiri adalah untuk mendeklarasikan variabel yang berdiri sendiri(independent) dan ditulis didalam area A.
3 buah variabel yang dideklarasikan adalah:
K PIC 99 : variabel bernama K dengan tipe numeric dan mampu menampung 2 digit angka.
L PIC 99 : variabel bernama L dengan tipe numeric dan mampu menampung 2 digit angka.
J PIC ZZ : variabel bernama J dengan tipe receiving field yaitu penerima nilai dengan maksimum 2 karakter.
B. SCREEN SECTION.
Screen section berguna untuk mengatur dan mendeklarasikan tampilan-tampilan pada saat program berjalan. Didalam program ini didalam screen section hanya dideklarasikan CLS dengan statement “blank screen” yang berguna untuk mengosongkan layar.
-          PROCEDURE DIVISION.
Procedure division adalah tempat dimana kita mengatur susunan tampilan atau langkah-langkah yang akan program lakukan. Didalam program ini, dimulai dengan statement cls yang berfungsi untuk mengosongkan layar. Kemudian dibawahnya ada statement seperti berikut :
PERFORM TAMPILKAN.
Maksud dari statement ini adalah program akan mengerjakan prosedur TAMPILKAN terlebih dahulu sampai selesai. Dibelakang statement perform dan varying kita tidak berikan titik karena program atau statement itu masih menyatu. Jika diberikan titik maka akan error. Kemudian diketahui didalam statement varying, nilai L awal adalah 1 dan kondisi tidak terpenuhi dari nilai L adalah lebih dari 10, sedangkan untuk K nilai awal adalah 1 dan kondisi terpenuhi sampai nilai K lebih besar dari L. maka nilai K yang adalah 1 akan dipindahkan ke variabel J sehingga nilai J sekarang adalah 1. Ini sebenarnya tidak akan digunakan, karena yang dikondisikan hanya L dan K. kemudian program akan mencetak bintang dan satu spasi dibelakangnya. Karena nilai L sudah sama dengan K (sama-sama 1) maka program akan melakukan display space yang berfungsi sebagai enter.
*
Nilai L akan ditambah menjadi 2. Dan statement after kembali mengulang nilai dari 1, sehingga kali ini karena nilai L 2, maka segitiga akan tercetak sebanyak dua kali dalam 1 baris. Kemudian nilai L dan K telah sama-sama 2, maka program akan mengenter output kebawah dan menambah nilai L dari 2 menjadi 3.
*
* *
Nilai K kembali menjadi 1, dan sekarang segitiga akan tercetak sebanyak 3 kali. Dan nilai L dan K sekarang telah sama-sama 3, maka akan kembali enter.
*
* *
* * *
Nilai L menjadi 4 dan nilai K kembali menjadi 1, sekarang segitiga  tercetak sebanyak 4 dalam satu baris.
*
* *
* * *
* * * *

Dan begitupun seterusnya sampai nilai L lebih dari 10. Bila nilai L sudah lebih dari 10, maka program akan selesai karena kondisi/syaratnya tidak terpenuhi lagi.
Sekian dari saya, mohon maaf bila ada kekurangan atau kesalahan dalam menjelaskan program.

Terima Kasih.

Senin, 10 November 2014

Jurnal Kepemimpinan

Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi

Irawaty A. Kahar

Program Studi Ilmu Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara




Abstract

Success in the organizational change is determined by leadeship, because leadership with leader is who implementing and planning change. This paper is aimed at obtaining information to related the effect of leadeship with many aspeks on organizational change. Based on those teories reveals that some aspecs of leadersip with (1) visionary leader, (2) comunicator leader,

(3) leader as change agent, (4) (leader as coach) and leader as Technology information analysis,could be enhanced and improved organizational change. Therefore this aspecs can be used for achieved organizational change special at University libraries.


Keywords: Leadersip, Organizational Change



1. Pendahuluan

Era globalisasi telah mengubah dunia menjadi seakan tanpa batas, perkembangan ilmu pengetahuan kian pesat dan pada waktu yang sama di tempat yang berbeda informasi dapat diperoleh dengan mudah. Sebagai konsekuensi logis terjadilah ledakan informasi yang tentunya memerlukan suatu teknologi yaitu teknologi informasi untuk dapat mengakses dan menyebarluaskan informasi tersebut dengan cepat.

Pesatnya kemajuan teknologi informasi dewasa ini berdampak cukup luas terhadap semua lini kehidupan, termasuk kehidupan organisasi salah satunya adalah organisasi perpustakaan perguruan tinggi. Ditambah lagi dengan kehidupan masyarakat global yang penuh tantangan menuntut organisasi perpustakaan perguruan tinggi dengan segenap potensi dan misi mampu menempatkan diri dalam konteks lingkungan strategis yang selalu berubah.

Perpustakaan perguruan tinggi sebagai pusat dokumentasi dan informasi serta sumber literatur mendukung Tridharma Perguruan Tinggi dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Perpustakaan adalah yang pertama merasakan dampak dari ledakan informasi, karena untuk menyimpan, mengelola dan menyebarluaskan
informasi tersebut menjadi tanggungjawab perpustakaan.. Kehadiran Teknologi Infor-masi telah merubah wahana penyampaian informasi di perpustakaan dari berbasiskan kertas dan cetak menjadi multi media, di samping itu sistem pelayananpun berubah dari manual ke otomasi

Sehubungan dengan itu sudah saatnya suatu perubahan pada organisasi perpustakaan dioptimalkan yang secara spesifik berupa perubahan teknologi dalam bentuk otomasi perpustakaan. Perubahan pada organisasi perpustakaan perguruan tinggi merupakan sebuah ekspektasi dalam era globalisasi ini dan hendaklah dapat dimanifestasikan dalam bentuk aplikasi Teknologi Informasi.

Perubahan organisasi bisa berupa perubahan teknologi, struktur, individu dan fisik yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan serta budaya baru. Dalam melakukan perubahan terhadap organisassi banyak faktor yang menghambat perubahan tersebut termasuk budaya organisasi yang menolak akan perubahan serta kepemimpinan yang lemah. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Daff (1988: 659) bahwa kepemimpinan dapat mendorong serta mendukung kreatifitas untuk membantu pengikut dan organisasi agar lebih menerima serta siap berubah. Selanjutnya penelitian Bishop (2001: 2020-227) menyatakan bahwa pimpinan pada tingkat puncak memfasilitasi kemampuan untuk perubahan dalam tingkatan mendukung serta mengembangkan kemampuan untuk perubahan. Hasil penelitian tersebut menyiratkan bahwa semakin kuat kepemimpinan seseorang dalam melakukan tindakan untuk perubahan organisasi maka akan semakin tinggi tingkat tercapainya perubahan organisasi, sebaliknya semakin lemah kepemimpinan seseorang dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk melakukan perubahan, maka semakin rendah pula tingkat tercapainya perubahan.

Pengaruh dan tanggung jawab kepemimpinan seperti yang disebutkan di atas sudah barang tentu menuntut pengetahuan, keterampilan, profesional, dan latar belakang pendidikan tinggi. Khusus untuk kepemimpinan perpustakaan perguruan tinggi, yang akan mengimplementasikan Teknologi Informasi sebagai suatu perubahan, pendidikan mereka seharusnya S2 ilmu perpustakaan dan minimal sarjana perpustakaan, karena semasa pendidikan, mereka cukup dibekali dengan ilmu dan keterampilan aplikasi teknologi informasi untuk perpustakaan. Namun pada kenyataan sebagian besar jabatan pimpinan perpustakaan perguruan tinggi khususnya di Sumatera Utara lebih mengacu pada kepangkatan tanpa latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Hal tersebut terungkap melalui pengumpulan data (survei penulis tahun 2006 terhadap 21 perpustakaan perguruan tinggi di Sumatera Utara) pimpinan perpustakaan yang berlatar belakang pendidikan S2 sebanyak 4,76%, S1 19,05%, Diploma3 4,76%, dan 71,43% dengan latar belakang non sarjana ilmu perpustaan. Kondisi ini yang mungkin meyebabkan sebagian kepemimpinan perpustakaan belum mampu membawa organisasinya pada perubahan dengan konsep pemanfaatan teknologi informasi.

Dalam konteks ini timbul pertanyaan konsep kepemimpinan yang bagaimana yang cocok dan dapat membawa organisasi pada perubahan? Sehubungan dengan permasa-lahan tersebut penulis berupaya memberikan solusi yang berlandaskan pada teori dan konsep kepemimpinan yang dapat membawa organisasi pada perubahan. khususnya dalam implementasi teknologi informasi pada perpustakaan perguruan tinggi yang akan dibahas berikut ini.


2. Pembahasan

Perubahan Organisasi (Organizational Change)

Untuk memahami perubahan organisasi secara teoretis, penulis mengumpulkan beberapa definisi dan konsep para ilmuan. Michel Beer (2000: 452) menyatakan berubah itu adalah memilih tindakan yang berbeda dari se belumnya, perbedaan itulah yang menghasilkan sustu perubahan. Jika pilihan hasilnya sama dengan yang sebelumnya berarti akan memperkuat status quo yang ada. Selanjutnya Winardi (2005: 2) menyatakan, bahwa perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya sesuatu organisasi dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang menurut yang di inginkan guna meningkatkan efektivitasnya. Sejalan dengan itu Anne Maria (1998: 209) berpendapat, bahwa perubahan organisasi adalah suatu tindakan menyusun kembali komponen-komponen organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi. Mengingat begitu pentingnya perubahan dalam lingkungan yang bergerak cepat sudah saatnya organisasi tidak menunda perubahan, penundaan berarti akan menghadapkan organisasi pada proses kemunduran.


Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi yang lebih baik, sehingga perlu diupayakan agar perubahan tersebut diarahkan kearah yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang sebelumnya.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh JO. Bryson (1990: 374) seorang pakar dalam manajemen perpustakan menyatakan bahwa

”when one or more elements in alibrary change it is called organizational change

Pendapat Bryson tersebut menunjukkan bahwa salah satu unsur saja dalam organisasi yang berubah, sudah dapat dikatakan sebagai perubahan organisasi.

Dari beberapa definisi tentang perubahan di atas dapat ditarik pengertian bahwa perubahan organisasi itu merupakan suatu tindakan yang dilakukan terhadap unsur-unsur dalam suatu organisasi untuk meningkatkan efektivitas organisasi menuju ke arah yang lebih baik.
Perpustakaan sebagai organisasi nirlaba tidak dapat  terhindar  dari  perubahan,  kehadiran perkembangan teknologi informasi merupakan dorongan eksternal yang utama akan  merubah  unsur-unsur  dari organisasi perpustakaan. Setiap organisasi mempunyai target perubahan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan faktor dominan   yang mendorong perubahan tersebut, begitu juga perubahan pada perpustakaan perguruan tinggi termasuk perubahan yang direncanakan yang  diakibatkan  oleh  dorongan teknologi informasi.

Sehubungan dengan itu Bryson (1990: 374-375)  menjelaskan  bahwa  perubahan yang mendasar pada organisasi perpustakaan adalah:

1.  Perubahan   teknologi   yang   meliputi otomasi perpustakaan pada bidang: proses pengatalogan, pelayanan pemakai  dan sistem pengadaan bahan pustaka, Sistem penelusuran informasi seperti CD-ROM dan OPACs, internet.
2.  Perubahan  struktur,  sebagai  hasil  dari komputerisasi yang meliputi spesialisasi kerja, wewenang, departementalisasi dan rentang kendali.
3.  Seting pisik, meliputi letak tata ruang,desain interior, fasilitas penempatan peralatan sesuai dengan kebutuhan kerja.
Pernyataan Bryson tersebut lebih memperjelas bahwa perubahan  organisasi perpustakaan yang  utama  adalah  pemanfaatan  teknologi informasi yang secara otomatis akan merubah struktur dan penataan pisik dan individu (people) di perpustakaan.


Kepemimpinan


a. Pengertian Pemimpin

Kepemimpinan merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan organisasi, terlebih lagi dalam menuju perubahan. Untuk memahami apa  yang  dimaksud  dengan  kepemimpinan (leadership)  ada  baiknya  terlebih  dahulu mengetahui arti pemimpin (leader). Hal ini disebabkan  kepemimpinan dilakukan  oleh seorang pemimpin dan ia mengemban tugas dengan beraktivitas  untuk melaksanakan kepemimpinan tersebut.

Menurut Robbert D Stuart (2002: 352) bahwa pemimpin adalah seorang yang diharapkan mempunyai  kemampuan  untuk  mempengaruhi, memberi petunjuk dan juga mampu menentukan individu untuk mencapai tujuan organisasi.  Seiring  dengan  itu  James  P.Spillane  (2006:  10)  menyatakan  bahwa pemimpin  itu  agen  perubahan  dengan kegiatan  mempengaruhi  orang-orang  lebih daripada  pengaruh  orang-orang  tersebut kepadanya.


b. Konsep Kepemimpinan

Beragam definisi dan konsep kepemimpinan yang ditemukan dalam berbagai bahan pustaka, yang masing-masing berbeda dalam penekanan arti. Richard L. Daf (2005: 5) mendefinisikan  kepemimpinan  (leadership) adalah  suatu  pengaruh  yang  berhubungan antara para pemimpin dan pengikut
(followers). Kemudian  Gibson  menyatakan bahwa  kepemimpinan  adalah  suatu  upaya menggunakan
pengaruh  untuk memotivasi orang-orang guna pencapaian suatu tujuan. Masih berhubungan dengan pengaruh, Ken Blanchard  yang  dikutip  oleh  Marcelene Caroselli (2000: 9) menyatakan bahwa kunci untuk   kepemimpinan   hari   ini   adalah “pengaruh” bukan “kekuasaan” selanjutnya ia mengatakan para pemimpin tahu bagaimana mempengaruhi  orang-orang  dan  membujuk mereka untuk suatu tuntutan pekerjaan yang tinggi.

Richard L. Daff mengemukakan konsep kepepemimpinan dalam satu definisi saja yaitu “kepemimpinan adalah merupakan suatu pengaruh hubungan antara pimpinan dan pengikut (followers) yang bermaksud pada perubahan dan hasil nyata yang mencerminkan tujuan bersama” Dari definisi tersebut tercakup tujuh unsur yang esensial dalam kepemimpinan, (1) pemimpin (leader),

(2) pengaruh (Influence), (3) pengikut (Follower), (4) maksud (Intention), (5) Tujuan bersama (shared purpose), (6) Perubahan (change), (7) tanggung jawab pribadi (Personal responbility).

pengaruh adalah hubungan timbal balik bukan satu arah antara pemimpin dengan pengikut dengan maksud dan harapan terjadi perubahan yang berarti sebagai hasil dari tujuan bersama. Dari pandangan Daff di atas dapat dipahami bahwa pengaruh tidak dikaitkan dengan unsur kekuasaan maupun paksaan yang dilakukan pemimpin terhadap bawahan. Pemimpin mempengaruhi bawahan dan juga bawahan dapat mempengaruhi pemimpin, malahan menurut Daff pengikut yang baik bukanlah “Yes people” kadang-kadang pemimpin yang efektif sama dengan dengan pengikut yang efektif, hanya berbeda dalam memainkan perannya. Kemudian unsur tanggung jawab pribadi dan integritas (personal responbility and integrity) menunjukkan adanya tanggung jawab antara pimpinan dan orang-orang yang ada dalam organisasi harus sama-sama mempunyai tanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan unsur perubahan (change) merupakan hasil dari pimpinan dan pengikut yang menjadi harapan masa depan dan mereka sama-sama menciptakan perubahan, bukan memelihara status quo. Atau dengan kata lain perubahan adalah gambaran dari tujuan bersama (shared purpose).
Jika dicermati ketujuh elemen kepemimpinan yang dikemukakan oleh Daff, terkandung makna penting, bahwa antara pimpinan dan pengikut tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam memberikan pengaruh dan tanggung jawab untuk mencapai perubahan. Yang berbeda adalah peran antara pemimpin dan pengikut.

Dari beberapa definisi dan konsep kepemimpinan di atas terlihat bahwa kepemimpinan pada artinya merupakan




adanya kegiatan/aktivitas mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama, apakah tujuan itu berupa perubahan organisasi dan sebagainya.

Sehubungan dengan itu, Burt Nanus (1999: 18) menemukan model khusus yang digunakan untuk memahami peran pemimpin organisasi non profit yang diwujudkan dalam kegiatan, yaitu:

1)      Dalam organisasi (Inside the organization), peran pimpinan berinteraksi dengan staf dan tenaga sukarela untuk memberikan inspirasi, mendorong, menggerakkan dan memberdayakan mereka.

2)      Ke luar organisasi (outside organization), peran pimpinan mencari bantuan, dukungan dari donatur, mitra yang berpotensi dengan para pimpinan bisnis di luar organisasi.

3)      Pada masa operasi (present operation), pimpinan memusatkan pada kualitas dan pelayanan, pada struktur organisasi, sistem informasi dan aspek lainnya.

4)      Kemungkinan masa depan (on future possiblities), pimpinan mengantisipasi trends serta mengembangkan arah masa depan organisasi. Keempat hal tersebut terdiri dari enam peran yang merupakan aktivitas pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dan oleh Burt digambarkan sebagai berikut:

Ke luar organisasi


Politisi dan
Memberi visi dan


Juru kampanye
Strategi

Masa


Kemungkinan




operasi

Masa depan


Pelatih
Agen perubahan







Dalam Organisasi

Gambar – 2.6: Peran Pemimpin Organisasi Non-profit

Sumber: Burt Nanus. Leaderrs Who Make a Diffrence for Meeting the non Profit Challenge
(1999: 18)








Keterangan gambar:


1)  Peran 1 dan 2: pemimpin sebagai pemberi visi dan strategi (visionary and strategies), maksudnya pemimpin adalah seorang yang bertanggung jawab untuk menggerakan organisasi ke arah yang benar. Kemudian pemimpin menetapkan, menyebarkan dan mengembangkan  visi  dengan  jelas  serta menunjukkan cara-cara baru di masa yang akan datang. Di samping itu ia memberikan inspirasi pada anggotanya serta mendesain strategi  untuk  mencapai  visi  dan  misi organisasi.
2)  Peran 3 dan 4: Pemimpin sebagai politisi dan juru bicara (politician and champaigner), artinya pemimpin berperan sebagai penasehat, juru bicara dan sebagai negosiator terhadap bawahannya. Ia juga membangun hubungan dengan menggunakan  sumber-sumber informasi (super networker)
3)  Peran 5: Pemimpin sebagai pelatih (coach), maksudnya didalam diri pemimpin telah tertanam  sifat  membangun  regu  dan membina orang-orang dalam organisasi, ini merupakan tanggungjawabnya. Selain itu pemimpin juga  berperan membangun kepercayaan yang menjadi pegangan organisasi dan ia juga pemberi semangat serta inspirasi pada setiap individu.
4)  Peran 6: pemimpin sebagai agen perubahan (change agent) dalam posisi untuk masa yang akan datang. Ia mempunyai pengaruh besar dalam pengambilan keputusan untuk perubahan dan ia memperkenalkan program-praogram baru, menciptakan strategi kerja sama  dengan  publik.  Kadang kadang  ia seorang restruktur organisasi dan seorang inovator.

Sebagai  agen  perubahan,  pemimpin  adalah individu  yang  bertanggung  jawab  untuk mengubah  sistem  dan  tingkah  laku  anggota organisasi. Dalam pelaksanaan pemimpin dapat mengunakan model empat langkah Lewin. Kurt Lewin dan Schein mereka berpendapat bahwa perubahan  yang  sukses  dalam  organisasi hendaknya  mengikuti  empat  langkah,  (1) keinginan untuk berubah (desire of change), sebelum perubahan terjadi setiap individu harus merasakan  suatu  kebutuhan,  dapat  berupa kekurangan-kekurangan   dan   ketidakpuasan selama  ini  serta  adanya  keinginan  untuk meningkatkan, (2) pencairan (unfreezing), yang  meliputi memberikan dorongan, membujuk melalui pendekatan pendekatan dengan mengurangi    ancaman-ancaman maupun penolakkan sehingga setiap individu siap untuk berubah, (2) merubah (changging) yang meliputi pemberian  perubahan  pada  setiap  individu melalui pembelajaran baru pada sikap mereka, dalam  hal  ini  pekerja  diberi  informasi baru, model perilaku baru, dan cara baru dalam melihat sesuatu sehingga pekerja belajar dengan sikap baru. dan (3) memantapkan (refreezing) perubahan baru untuk membuat jadi permanen.  
                                                                       
Di samping itu Peter Hernon, Ronald R (2003:131) menyatakan bahwa untuk menilai kepemimpinan organisasi perpustakaan akademik, pemimpin bertindak sebagai  (1) strategi visi  dan  tujuan  untuk  organisasi perpustakaan, (2) orang yang memberikan kontribusi pada kampus, (3) inisiatif dan kreatif, (4) membangun anggotanya, menjaga moral dan memberikan inspirasi. Definisi kepemimpinan yang dikemukakan baik Burt,  maupun  Peter  Hernon,  pada  dasarnya adalah sama, semua poin yang dikemukan Burt juga terdapat dalam poin yang diajukan Peter. Pemimpin yang dapat menganalisa pemanfaatan teknologi merupakan unsur yang amat penting (urgent) dalam kepemimpinan perubahan dan harus diperhitungkan, apalagi bagi kepemimpinan perpustakaan perguruan tinggi yang menuju ke perubahan dalam bidang teknologi informasi. Bagaimana mungkin seorang pemimpin perpustakaan tidak dapat berperan  atau  tidak  menguasai  teknologi informasi.                       
Merujuk pada konsep kepemimpinan di atas, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah aktivitas/kegiatan atasan dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dengan aspek-aspek, (1) pimpinan yang memberikan, mengembangkan dan menyebarkan visi (visioner), (2) sebagai komunikator, (3) menjadi agen perubahan (change agent), (4) sebagai pelatih (coac) dan (5)dapat menganalisa pemanfaatan teknologi informasi.
Konsep  kepemimpinan  berserta  indikator-indikator di atas, dikumpulkan dari teori-teori    yang dianggap cocok untuk membawa organisasi pada perubahan, karena untuk suatu perubahan pemimpin harus seorang yang visioner, dan dapat berperan sebagai change agent,                       dapat mengkomunikasikan perubahan baik ke luar maupun ke dalam organisasi, ia harus menguasai teknologi informasi sehingga ia akan  dapat bertindak sebagai pelatih dari bawahannya. Kepemimpinan perubahan akan berhasil apabila ia kuat dan mampu menjalankan perannya seperti yang disebutkan di atas, di samping itu beberapa teori menyatakan bahwa kepemimpinan melalui pimpinannya berpengaruh langsung terhadap perubahan organisasi hal ini sangat mendukung untuk pimpinan tersebut melaksanakan perannya.

3. Penutup

Untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan organisasi diperlukan kepemimpinan yang kuat melalui tindakan pimpinan dalam mempengaruhi, mengarahkan anggota organisasi untuk mencapai perubahan. Berdasarkan teori tindakan tersebut tercermin di dalam aspek-aspek kepemimpinan, yaitu pimpinan yang dapat, (1) memberikan, mengembangkan dan menyebarkan  visi  (visioner),  (2)  sebagai komunikator, (3) menjadi agen perubahan (change agent), (4) sebagai pelatih (coach) dan (5) menganalisa pemanfaatan teknologi informasi.
Sehubungan dengan itu untuk mendapatkan pimpinan perpustakaan perguruan tinggi yang tepat dalam mewujudkan suksesnya perubahan organisasi, strategi yang terbaik adalah: Melalui rekrutmen terhadap orang-orang  baru  yang  memenuhi  persyaratan berdasarkan pada aspek-aspek kepemimpinan yang diinginkan. Untuk mendapatkan pimpinan yang visioner, langkah yang diambil adalah, secara berkala pimpinan universitas mengharuskan pimpinan perpustakaan membuat  rencana  strategis  minimal  untuk lima tahun ke depan. Kemudian hasil kerja mereka   dinilai   menurut   kriteria   yang ditetapkan oleh tim khusus. Kesempatan ini hendaknya diberikan juga kepada pimpinan devisi, dengan konsekuensi bagi mereka yang yang memenuhi kriteria atau mempunyai visi yang  dapat  membabawa  organisasi  pada perubahan dipromosikan menjadi pimpinan perpustakaan.
Pemimpin sebagai pelatih termasuk salah satu aspek   dari   kepemimpinan   yang   perlu ditingkatkan. Apalagi perubahan utama dalam organisasi perpustakaan adalah perubahan pada teknologi informasi (otomasi perpustakaan). Dalam hal ini, dibutuhkan seorang pimpinan yang dapat menganalisa teknologi informasi, membimbing dan mengarahkan bawahannya untuk tidak canggung menerapkan teknologi informasi.

Untuk ini latar belakang pendidikan mereka sebaiknya S2 ilmu perpustakaan atau minimal sarjana perpustakaan. Suatu langkah yang dapat dilakukan adalah, dengan merekrut lulusan program studi ilmu perpustakaan yang diselenggarakan di dalam negeri seperti di USU, UI, UNPAD dan UNHAS, maupun lulusan luar negeri. Bagi pimpinan lama yang belum mendapat pendidikan ilmu perpustakaan diperlukan perhatian dari pimpinan universitas untuk memberikan fasilitas dalam melanjutkan pendidikan maupun pelatihan pada bidang ilmu perpustakaan.

Untuk pemimpin bertindak yang bertindak sebagai agen perubahan, dibutuhkan seorang pimpinan perpustakaan yang dapat mengkomunikasikan keuntungan serta pentingnya suatu perubahan baik ke dalam maupun ke luar organisasi Hal ini dapat dilakukan melalui tulisan di majalah kampus, poster, dan ceramah.







Kesimpulan

Bahwa perubahan organisasi itu merupakan suatu tindakan yang dilakukan terhadap unsur-unsur dalam suatu organisasi untuk meningkatkan efektivitas organisasi menuju ke arah yang lebih baik.
Pada dewasa akhir ini, kepemimpinan lebih populer dengan kepemimpinan perubahan. richard L. Daff mengemukakan konsep kepemimpinan dalam satu definisi saja yaitu "kepemimpinan adalah merupakan suatu hubungan antara pimpinan dan pengikut (followers). Dari definisi tersebut tercakup tujuh unsur yang esensial dalam kepemimpinan
 (1) pemimpin (leader)
 (2) pengaruh (Influence)
 (3) pengikut (Follower)
(4) maksud (Intention)
(5) Tujuan bersama (shared purpose)
(6) Perubahan (change)
(7) tanggung jawab pribadi (Personal responbility).

Untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan organisasi diperlukan kepemimpinan yang kuat melalui tindakan pimpinan dalam mempengaruhi, mengarahkan anggota organisasi untuk mencapai perubahan. Berdasarkan teori tindakan tersebut tercermin di dalam aspek - aspek  kepemimpinan,  yaitu  pimpinan  yang
Dapat
 (1) memberikan, mengembangkan dan
      menyebarkan  visi  (visioner)
 (2)  sebagai komunikator 
 (3) menjadi     agen     perubahan (change agent)
 (4) sebagai pelatih (coach) dan
(5) menganalisa pemanfaatan  teknologi informasi.                                                                
Untuk pemimpin bertindak yang bertindak sebagai agen perubahan, dibutuhkan seorang pimpinan yang dapat mengkomunikasikan keuntungan serta pentingnya suatu perubahan baik ke dalam maupun ke luar organisasi Hal ini dapat dilakukan melalui tulisan di majalah kampus, poster, dan ceramah.







              


Daftar Pustaka

Beer, Michael. Breaking the Code of Change, USA: President and Fellow of Harvard College, 2002.
Bryson, JO. Effective Library and Information Centre Management, England: Gower, 1990.

Bishop, Charles H Jr. Making Change Happen one person at a time: assessing change within your organization, New York: AMACOM, 2001.

Caroselli, Marcelene, Leadership Skill for Managers, New York: McGraw-Hill, 2000.

Daff, Richard L, The Leadership Experience. Canada: Thomson, 2005.
Daff, Richard, Management, Chicago: The Dryden Press, 1988.

Gibson, James L at all., Organizations: behavior, structure, Prossesses, Boston: McGraw-Hill, 2006.
Hernon, Peter; Ronald R. Powell and Arthur P. Young. The Library leadership: attributes of academic and Public Director, London:: Libraries Unlimited, 2003.

Hersey, Paul; Kenneth h.Blanchard; Dewey E.Johnson. Management of Organizational Behavior: utility human resources, New Yersey: Prentice Hall, 1996.

Nanus, Burt and Stephen M. Dobbs. Leaders Make Different Strategies for Meeting the Non Profit Challenge, San Francisco: Jossey bass, 1999.

Spillane, James p. Distributed leadership, San Francisco: Jossey Bass, 2006.
Stuart, Robert D. and Barbara B. Morgan.
Library and information centre management, USA: Library Unlimited, 2002.
Yulk,  Gay  A.  alih  bahasa  Jusuf  Udaya.

Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta: Prenhallindo, 1998.






HAKIKAT KEPEMIMPINAN

BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai.

Keteraturan hidup perlu selalu dijaga, Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.

Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

BAB II
PERUMUSAN MASALAH

1.    Apakah Kepemimpinan itu ?

2.    Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin ?

3.    Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan ?



BAB III
PEMBAHASAN


2.1        Apakah Kepemimpinan itu ?

Menurut sejarah, “kepemimpinan” muncul pada abad 18 dan ada beberapa pengertian darikepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang, baik individu maupun masyarakat.

Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
1.    Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2.    Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3.    Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46)
4.    Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. 
5.    Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Dari pengertian-pengertian di atas Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.

Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin, Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin juga seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.

Kepemimpinan juga sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.


Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
1.    Q Leader pertama berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
2.    Q Leader kedua berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
3.         Q Leader ketiga berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
4.    Q Leader keempat berarti qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).

Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

2.2        Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin ?

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan, Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal, Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati.


Seperti contoh Nelson Mandela, Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Dalam sebuah acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun. Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.

Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.

Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

A.   Karakter Kepemimpinan

Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap anggota organisasinya.

B.   Metode Kepemimpinan

Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.

Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap tehadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.



C.   Perilaku Kepemimpinan

Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin.

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.

Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).

2.3       Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan ?

Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit. Dalam suatu local (daerah) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.

Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah, serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.

Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007
  
BAB IV
Kesimpulan

Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan. jadi, kepemiminan adalah tindakan mempengaruhi prilaku orang lain agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
4 makna mengenai kepemimpinan sejati adalah :
1. kecerdasan atau intelligence
2. kepmimpinan yang memiliki kualitas
3. memiliki kharisma
4. mengenali dirinya sendiri

pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar.
artinya seorang pemimpin dengan sukarela mau mendengarkan unek - unek dari para bawahannya sehingga terjalinin kedeketan emosional dalam suatu organisasi.
           
Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
           
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.



DAFTAR PUSTAKA
                 James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan, Jakarta:Mitra Usaha

                 Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT. Cendekia Informatika, Jakarta

                 http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html

                 W. Brown steven, 1998, Manajemen Kepemipinan, Jakarta: Profesional Books