Konsep
Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada
Perpustakaan Perguruan Tinggi
Irawaty
A. Kahar
Program
Studi Ilmu Perpustakaan
Universitas
Sumatera Utara
Abstract
Success in the organizational change is determined
by leadeship, because leadership with leader is who implementing and planning
change. This paper is aimed at obtaining information to related the effect of
leadeship with many aspeks on organizational change. Based on those teories
reveals that some aspecs of leadersip with (1) visionary leader, (2)
comunicator leader,
(3) leader as change agent, (4) (leader as coach)
and leader as Technology information analysis,could be enhanced and improved
organizational change. Therefore this aspecs can be used for achieved organizational
change special at University libraries.
Keywords: Leadersip, Organizational Change
1. Pendahuluan
Era globalisasi telah mengubah dunia menjadi seakan
tanpa batas, perkembangan ilmu pengetahuan kian pesat dan pada waktu yang sama
di tempat yang berbeda informasi dapat diperoleh dengan mudah. Sebagai
konsekuensi logis terjadilah ledakan informasi yang tentunya memerlukan suatu
teknologi yaitu teknologi informasi untuk dapat mengakses dan menyebarluaskan
informasi tersebut dengan cepat.
Pesatnya kemajuan teknologi informasi dewasa ini
berdampak cukup luas terhadap semua lini kehidupan, termasuk kehidupan
organisasi salah satunya adalah organisasi perpustakaan perguruan tinggi.
Ditambah lagi dengan kehidupan masyarakat global yang penuh tantangan menuntut
organisasi perpustakaan perguruan tinggi dengan segenap potensi dan misi mampu
menempatkan diri dalam konteks lingkungan strategis yang selalu berubah.
Perpustakaan perguruan tinggi sebagai pusat
dokumentasi dan informasi serta sumber literatur mendukung Tridharma Perguruan
Tinggi dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat. Perpustakaan adalah yang pertama merasakan dampak dari ledakan
informasi, karena untuk menyimpan, mengelola dan menyebarluaskan
informasi tersebut menjadi tanggungjawab
perpustakaan.. Kehadiran Teknologi Infor-masi telah merubah wahana penyampaian
informasi di perpustakaan dari berbasiskan kertas dan cetak menjadi multi
media, di samping itu sistem pelayananpun berubah dari manual ke otomasi
Sehubungan dengan itu sudah saatnya suatu perubahan
pada organisasi perpustakaan dioptimalkan yang secara spesifik berupa perubahan
teknologi dalam bentuk otomasi perpustakaan. Perubahan pada organisasi
perpustakaan perguruan tinggi merupakan sebuah ekspektasi dalam era globalisasi
ini dan hendaklah dapat dimanifestasikan dalam bentuk aplikasi Teknologi
Informasi.
Perubahan organisasi bisa berupa perubahan
teknologi, struktur, individu dan fisik yang membutuhkan pengetahuan,
keterampilan serta budaya baru. Dalam melakukan perubahan terhadap organisassi
banyak faktor yang menghambat perubahan tersebut termasuk budaya organisasi
yang menolak akan perubahan serta kepemimpinan yang lemah. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Daff (1988: 659) bahwa kepemimpinan dapat mendorong
serta mendukung kreatifitas untuk membantu pengikut dan organisasi agar lebih
menerima serta siap berubah. Selanjutnya penelitian Bishop (2001: 2020-227)
menyatakan bahwa pimpinan
pada tingkat puncak memfasilitasi kemampuan untuk perubahan dalam tingkatan
mendukung serta mengembangkan kemampuan untuk perubahan. Hasil penelitian
tersebut menyiratkan bahwa semakin kuat kepemimpinan seseorang dalam melakukan
tindakan untuk perubahan organisasi maka akan semakin tinggi tingkat
tercapainya perubahan organisasi, sebaliknya semakin lemah kepemimpinan
seseorang dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk melakukan
perubahan, maka semakin rendah pula tingkat tercapainya perubahan.
Pengaruh dan tanggung jawab kepemimpinan seperti
yang disebutkan di atas sudah barang tentu menuntut pengetahuan, keterampilan,
profesional, dan latar belakang pendidikan tinggi. Khusus untuk kepemimpinan
perpustakaan perguruan tinggi, yang akan mengimplementasikan Teknologi
Informasi sebagai suatu perubahan, pendidikan mereka seharusnya S2 ilmu
perpustakaan dan minimal sarjana perpustakaan, karena semasa pendidikan, mereka
cukup dibekali dengan ilmu dan keterampilan aplikasi teknologi informasi untuk
perpustakaan. Namun pada kenyataan sebagian besar jabatan pimpinan perpustakaan
perguruan tinggi khususnya di Sumatera Utara lebih mengacu pada kepangkatan
tanpa latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Hal tersebut terungkap
melalui pengumpulan data (survei penulis tahun 2006 terhadap 21 perpustakaan
perguruan tinggi di Sumatera Utara) pimpinan perpustakaan yang berlatar
belakang pendidikan S2 sebanyak 4,76%, S1 19,05%, Diploma3 4,76%, dan 71,43%
dengan latar belakang non sarjana ilmu perpustaan. Kondisi ini yang mungkin
meyebabkan sebagian kepemimpinan perpustakaan belum mampu membawa organisasinya
pada perubahan dengan konsep pemanfaatan teknologi informasi.
Dalam
konteks ini timbul pertanyaan konsep kepemimpinan yang bagaimana yang cocok dan
dapat membawa organisasi pada perubahan? Sehubungan dengan permasa-lahan
tersebut penulis berupaya memberikan solusi yang berlandaskan pada teori dan
konsep kepemimpinan yang dapat membawa organisasi pada perubahan. khususnya
dalam implementasi teknologi informasi pada perpustakaan perguruan
tinggi yang akan dibahas berikut ini.
2. Pembahasan
Perubahan
Organisasi (Organizational Change)
Untuk memahami
perubahan organisasi secara teoretis, penulis mengumpulkan beberapa definisi
dan konsep para ilmuan. Michel Beer (2000: 452) menyatakan berubah itu adalah
memilih tindakan yang berbeda dari se belumnya, perbedaan itulah yang
menghasilkan sustu perubahan. Jika pilihan hasilnya sama dengan yang sebelumnya
berarti akan memperkuat status quo yang ada. Selanjutnya Winardi (2005: 2)
menyatakan, bahwa perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya sesuatu
organisasi dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan
datang menurut yang di inginkan guna meningkatkan efektivitasnya. Sejalan
dengan itu Anne Maria (1998: 209) berpendapat, bahwa perubahan organisasi
adalah suatu tindakan menyusun kembali komponen-komponen organisasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi. Mengingat begitu pentingnya
perubahan dalam lingkungan yang bergerak cepat sudah saatnya organisasi tidak
menunda perubahan, penundaan berarti akan menghadapkan organisasi pada proses
kemunduran.
Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua
perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi yang lebih baik, sehingga perlu
diupayakan agar perubahan tersebut diarahkan kearah yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi yang sebelumnya.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh JO. Bryson
(1990: 374) seorang pakar dalam manajemen perpustakan menyatakan bahwa
”when
one or more elements in alibrary change it is called organizational change”
Pendapat
Bryson tersebut menunjukkan bahwa salah satu unsur saja dalam organisasi yang
berubah, sudah dapat dikatakan sebagai perubahan organisasi.
Dari beberapa definisi tentang perubahan di atas
dapat ditarik pengertian bahwa perubahan organisasi itu merupakan suatu
tindakan yang dilakukan terhadap unsur-unsur dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan efektivitas organisasi menuju ke arah yang lebih baik.
Perpustakaan
sebagai organisasi nirlaba tidak dapat terhindar
dari perubahan, kehadiran perkembangan teknologi informasi merupakan dorongan
eksternal yang utama akan merubah
unsur-unsur dari organisasi perpustakaan. Setiap organisasi mempunyai target perubahan yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan
dan faktor dominan yang mendorong perubahan
tersebut, begitu juga perubahan pada perpustakaan perguruan tinggi termasuk perubahan
yang direncanakan yang diakibatkan
oleh dorongan teknologi informasi.
Sehubungan
dengan itu Bryson (1990: 374-375) menjelaskan
bahwa perubahan yang mendasar pada organisasi perpustakaan adalah:
1. Perubahan
teknologi yang meliputi otomasi perpustakaan pada
bidang: proses pengatalogan, pelayanan pemakai dan sistem pengadaan bahan pustaka,
Sistem penelusuran
informasi seperti CD-ROM dan
OPACs, internet.
2. Perubahan
struktur, sebagai hasil
dari komputerisasi yang meliputi spesialisasi kerja, wewenang, departementalisasi dan rentang kendali.
3. Seting pisik, meliputi letak tata ruang,desain interior, fasilitas penempatan peralatan sesuai dengan
kebutuhan kerja.
Pernyataan
Bryson tersebut lebih memperjelas bahwa perubahan organisasi perpustakaan yang utama adalah pemanfaatan
teknologi informasi
yang secara otomatis akan merubah struktur dan penataan pisik dan individu (people) di
perpustakaan.
Kepemimpinan
a.
Pengertian Pemimpin
Kepemimpinan
merupakan salah satu unsur penentu
keberhasilan organisasi, terlebih lagi dalam menuju perubahan. Untuk memahami apa yang
dimaksud dengan kepemimpinan (leadership) ada
baiknya terlebih dahulu mengetahui arti pemimpin (leader).
Hal ini disebabkan kepemimpinan dilakukan oleh seorang pemimpin dan ia mengemban
tugas dengan beraktivitas untuk melaksanakan kepemimpinan tersebut.
Menurut
Robbert D Stuart (2002: 352) bahwa pemimpin
adalah seorang yang diharapkan mempunyai
kemampuan untuk
mempengaruhi, memberi petunjuk dan juga mampu menentukan individu untuk
mencapai tujuan organisasi. Seiring
dengan itu James
P.Spillane (2006: 10)
menyatakan bahwa pemimpin itu
agen perubahan dengan kegiatan mempengaruhi
orang-orang lebih daripada pengaruh orang-orang tersebut kepadanya.
b.
Konsep Kepemimpinan
Beragam
definisi dan konsep kepemimpinan yang
ditemukan dalam berbagai bahan pustaka,
yang masing-masing
berbeda dalam penekanan
arti. Richard L. Daf (2005: 5) mendefinisikan kepemimpinan (leadership) adalah suatu
pengaruh yang berhubungan antara para pemimpin dan pengikut
(followers).
Kemudian Gibson menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu upaya menggunakan
pengaruh untuk memotivasi orang-orang guna
pencapaian suatu tujuan. Masih
berhubungan dengan pengaruh, Ken Blanchard yang
dikutip oleh Marcelene Caroselli (2000: 9)
menyatakan bahwa kunci untuk kepemimpinan hari
ini adalah “pengaruh” bukan
“kekuasaan” selanjutnya ia mengatakan
para pemimpin
tahu bagaimana mempengaruhi orang-orang
dan membujuk mereka untuk suatu
tuntutan pekerjaan
yang tinggi.
Richard
L. Daff mengemukakan konsep kepepemimpinan dalam satu definisi saja yaitu
“kepemimpinan adalah merupakan suatu pengaruh hubungan antara pimpinan dan
pengikut (followers) yang bermaksud pada perubahan dan hasil nyata yang mencerminkan
tujuan bersama” Dari definisi tersebut tercakup tujuh unsur yang esensial dalam
kepemimpinan, (1) pemimpin (leader),
(2)
pengaruh (Influence), (3) pengikut (Follower), (4) maksud (Intention),
(5) Tujuan bersama (shared purpose), (6) Perubahan (change), (7)
tanggung jawab pribadi (Personal responbility).
pengaruh
adalah hubungan timbal balik bukan satu arah antara pemimpin dengan pengikut
dengan maksud dan harapan terjadi perubahan yang berarti sebagai hasil dari
tujuan bersama. Dari pandangan Daff di atas dapat dipahami bahwa pengaruh tidak
dikaitkan dengan unsur kekuasaan maupun paksaan yang dilakukan pemimpin
terhadap bawahan. Pemimpin mempengaruhi bawahan dan juga bawahan dapat
mempengaruhi pemimpin, malahan menurut Daff pengikut yang baik bukanlah “Yes
people” kadang-kadang pemimpin yang efektif sama dengan dengan pengikut
yang efektif, hanya berbeda dalam memainkan perannya. Kemudian unsur tanggung
jawab pribadi dan integritas (personal responbility and integrity)
menunjukkan adanya tanggung jawab antara pimpinan dan orang-orang yang ada
dalam organisasi harus sama-sama mempunyai tanggung jawab penuh untuk mencapai
tujuan. Sedangkan unsur perubahan (change) merupakan hasil dari pimpinan
dan pengikut yang menjadi harapan masa depan dan mereka sama-sama menciptakan
perubahan, bukan memelihara status quo. Atau dengan kata lain perubahan adalah
gambaran dari tujuan bersama (shared purpose).
Jika
dicermati ketujuh elemen kepemimpinan yang dikemukakan oleh Daff, terkandung
makna penting, bahwa antara pimpinan dan pengikut tidak terdapat perbedaan yang
nyata dalam memberikan pengaruh dan tanggung jawab untuk mencapai perubahan.
Yang berbeda adalah peran antara pemimpin dan pengikut.
Dari
beberapa definisi dan konsep kepemimpinan di atas terlihat bahwa kepemimpinan
pada artinya merupakan
adanya
kegiatan/aktivitas mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk bekerja sama
dalam rangka mencapai tujuan bersama, apakah tujuan itu berupa perubahan
organisasi dan sebagainya.
Sehubungan
dengan itu, Burt Nanus (1999: 18) menemukan model khusus yang digunakan untuk
memahami peran pemimpin organisasi non profit yang diwujudkan dalam kegiatan,
yaitu:
1)
Dalam
organisasi (Inside the organization), peran pimpinan berinteraksi
dengan staf dan tenaga sukarela untuk memberikan inspirasi, mendorong,
menggerakkan dan memberdayakan mereka.
2)
Ke
luar organisasi (outside organization), peran pimpinan mencari bantuan,
dukungan dari donatur, mitra yang berpotensi dengan para pimpinan bisnis di
luar organisasi.
3)
Pada
masa operasi (present operation), pimpinan memusatkan pada kualitas dan
pelayanan, pada struktur organisasi, sistem informasi dan aspek lainnya.
4)
Kemungkinan
masa depan (on future possiblities), pimpinan mengantisipasi trends
serta mengembangkan arah masa depan organisasi. Keempat hal tersebut terdiri
dari enam peran yang merupakan aktivitas pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya dan oleh Burt digambarkan sebagai berikut:
Ke
luar organisasi
|
Politisi
dan
|
Memberi
visi dan
|
|
|
Juru
kampanye
|
Strategi
|
|
Masa
|
|
|
Kemungkinan
|
|
|
|
|
operasi
|
|
Masa
depan
|
|
|
Pelatih
|
Agen
perubahan
|
|
|
|
|
|
|
Dalam
Organisasi
Gambar
– 2.6: Peran Pemimpin Organisasi Non-profit
Sumber:
Burt Nanus. Leaderrs Who Make a Diffrence for Meeting the non Profit
Challenge
(1999:
18)
Keterangan
gambar:
1) Peran 1 dan 2: pemimpin sebagai pemberi visi dan strategi (visionary
and strategies), maksudnya
pemimpin adalah seorang yang bertanggung jawab untuk menggerakan organisasi ke arah yang
benar. Kemudian pemimpin menetapkan,
menyebarkan dan mengembangkan visi
dengan jelas serta menunjukkan cara-cara baru di
masa yang akan
datang. Di samping itu ia memberikan inspirasi pada anggotanya serta
mendesain strategi untuk
mencapai visi dan
misi organisasi.
2) Peran 3 dan 4: Pemimpin sebagai politisi dan juru bicara (politician and champaigner), artinya pemimpin berperan sebagai penasehat, juru
bicara dan sebagai negosiator
terhadap bawahannya. Ia juga membangun hubungan dengan menggunakan sumber-sumber informasi (super networker)
3) Peran 5: Pemimpin sebagai pelatih (coach), maksudnya didalam diri
pemimpin telah tertanam sifat membangun regu
dan membina
orang-orang dalam organisasi, ini merupakan tanggungjawabnya. Selain itu pemimpin juga berperan membangun kepercayaan yang menjadi pegangan organisasi dan ia juga pemberi semangat serta inspirasi pada
setiap individu.
4) Peran 6: pemimpin sebagai agen perubahan (change agent)
dalam posisi untuk masa yang
akan datang. Ia mempunyai pengaruh besar
dalam pengambilan keputusan untuk perubahan
dan ia memperkenalkan
program-praogram baru, menciptakan strategi kerja sama dengan
publik. Kadang kadang ia seorang restruktur organisasi dan
seorang inovator.
Sebagai agen
perubahan, pemimpin adalah individu yang
bertanggung jawab untuk mengubah sistem
dan tingkah laku
anggota organisasi.
Dalam pelaksanaan pemimpin dapat mengunakan
model empat
langkah Lewin. Kurt Lewin
dan Schein mereka berpendapat bahwa perubahan yang
sukses dalam organisasi hendaknya mengikuti
empat langkah, (1) keinginan untuk berubah (desire
of change), sebelum
perubahan terjadi setiap individu harus merasakan suatu
kebutuhan, dapat berupa kekurangan-kekurangan dan
ketidakpuasan selama ini
serta adanya keinginan
untuk meningkatkan,
(2) pencairan (unfreezing), yang meliputi memberikan dorongan, membujuk melalui pendekatan pendekatan dengan mengurangi ancaman-ancaman maupun penolakkan
sehingga setiap individu siap untuk
berubah, (2) merubah (changging) yang meliputi pemberian perubahan
pada setiap individu melalui pembelajaran baru pada sikap
mereka, dalam hal
ini pekerja diberi
informasi baru, model perilaku baru, dan cara
baru dalam melihat sesuatu sehingga pekerja belajar dengan sikap baru. dan (3) memantapkan (refreezing) perubahan baru untuk
membuat jadi permanen.
Di samping itu Peter Hernon, Ronald R (2003:131)
menyatakan bahwa untuk menilai kepemimpinan organisasi perpustakaan akademik, pemimpin
bertindak sebagai (1) strategi visi dan
tujuan untuk organisasi perpustakaan, (2) orang
yang memberikan kontribusi
pada kampus, (3) inisiatif dan kreatif, (4) membangun anggotanya,
menjaga moral dan memberikan inspirasi. Definisi kepemimpinan yang
dikemukakan baik Burt, maupun
Peter Hernon, pada
dasarnya adalah
sama, semua poin yang dikemukan
Burt juga
terdapat dalam poin yang diajukan Peter. Pemimpin yang dapat menganalisa pemanfaatan teknologi
merupakan unsur yang amat penting (urgent)
dalam kepemimpinan perubahan dan harus diperhitungkan, apalagi bagi kepemimpinan perpustakaan perguruan tinggi yang menuju ke perubahan dalam bidang teknologi informasi. Bagaimana mungkin seorang pemimpin
perpustakaan tidak dapat berperan atau
tidak menguasai teknologi informasi.
Merujuk pada konsep kepemimpinan di atas, yang dimaksud dengan
kepemimpinan adalah aktivitas/kegiatan atasan dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi
dengan aspek-aspek, (1) pimpinan yang memberikan, mengembangkan dan menyebarkan visi (visioner), (2)
sebagai komunikator, (3) menjadi agen perubahan (change agent),
(4) sebagai pelatih (coac)
dan (5)dapat menganalisa pemanfaatan teknologi informasi.
Konsep
kepemimpinan berserta indikator-indikator di atas, dikumpulkan dari
teori-teori yang dianggap cocok untuk membawa organisasi pada
perubahan, karena untuk suatu perubahan
pemimpin harus seorang
yang visioner,
dan dapat berperan sebagai change agent, dapat mengkomunikasikan perubahan baik ke luar maupun ke
dalam organisasi, ia harus
menguasai teknologi informasi sehingga ia akan dapat bertindak sebagai pelatih dari bawahannya. Kepemimpinan perubahan akan berhasil apabila ia kuat
dan mampu
menjalankan perannya
seperti yang disebutkan di atas, di samping itu beberapa teori
menyatakan bahwa kepemimpinan melalui pimpinannya berpengaruh langsung terhadap perubahan organisasi hal ini sangat mendukung untuk pimpinan tersebut
melaksanakan perannya.
3. Penutup
Untuk
merencanakan dan mengimplementasikan perubahan
organisasi diperlukan kepemimpinan yang kuat melalui tindakan pimpinan
dalam mempengaruhi, mengarahkan anggota organisasi untuk
mencapai perubahan.
Berdasarkan teori tindakan
tersebut tercermin di dalam aspek-aspek kepemimpinan, yaitu pimpinan yang dapat,
(1) memberikan, mengembangkan dan menyebarkan visi (visioner), (2)
sebagai komunikator, (3) menjadi agen perubahan (change agent), (4) sebagai pelatih (coach)
dan (5) menganalisa pemanfaatan teknologi informasi.
Sehubungan dengan itu
untuk mendapatkan pimpinan
perpustakaan perguruan tinggi yang tepat dalam mewujudkan suksesnya perubahan
organisasi, strategi yang terbaik adalah: Melalui rekrutmen
terhadap orang-orang baru yang
memenuhi persyaratan berdasarkan
pada aspek-aspek kepemimpinan yang diinginkan. Untuk mendapatkan pimpinan
yang visioner, langkah yang diambil adalah, secara berkala pimpinan universitas mengharuskan pimpinan perpustakaan membuat rencana
strategis minimal untuk lima tahun ke depan.
Kemudian hasil kerja mereka dinilai
menurut kriteria yang ditetapkan oleh tim
khusus. Kesempatan ini hendaknya diberikan juga kepada
pimpinan devisi,
dengan konsekuensi bagi mereka yang yang memenuhi kriteria
atau mempunyai visi yang dapat
membabawa organisasi pada perubahan dipromosikan menjadi pimpinan perpustakaan.
Pemimpin sebagai pelatih
termasuk salah satu aspek dari
kepemimpinan yang perlu ditingkatkan. Apalagi
perubahan utama dalam organisasi perpustakaan adalah
perubahan pada teknologi informasi (otomasi perpustakaan). Dalam hal ini,
dibutuhkan seorang pimpinan yang dapat menganalisa teknologi informasi,
membimbing dan mengarahkan bawahannya untuk tidak canggung menerapkan teknologi
informasi.
Untuk ini latar belakang pendidikan mereka sebaiknya
S2 ilmu perpustakaan atau minimal sarjana perpustakaan. Suatu langkah yang
dapat dilakukan adalah, dengan merekrut lulusan program studi ilmu perpustakaan
yang diselenggarakan di dalam negeri seperti di USU, UI, UNPAD dan UNHAS,
maupun lulusan luar negeri. Bagi pimpinan lama yang belum mendapat pendidikan
ilmu perpustakaan diperlukan perhatian dari pimpinan universitas untuk
memberikan fasilitas dalam melanjutkan pendidikan maupun pelatihan pada bidang ilmu
perpustakaan.
Untuk pemimpin bertindak yang bertindak sebagai agen
perubahan, dibutuhkan seorang pimpinan perpustakaan yang dapat
mengkomunikasikan keuntungan serta pentingnya suatu perubahan baik ke dalam
maupun ke luar organisasi Hal ini dapat dilakukan melalui tulisan di majalah
kampus, poster, dan ceramah.
Kesimpulan
Bahwa perubahan organisasi itu merupakan suatu
tindakan yang dilakukan terhadap unsur-unsur dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan efektivitas organisasi menuju ke arah yang lebih baik.
Pada dewasa akhir ini, kepemimpinan lebih populer
dengan kepemimpinan perubahan. richard L. Daff mengemukakan konsep kepemimpinan
dalam satu definisi saja yaitu "kepemimpinan adalah merupakan suatu
hubungan antara pimpinan dan pengikut (followers). Dari definisi tersebut
tercakup tujuh unsur yang esensial dalam kepemimpinan
(1) pemimpin
(leader)
(2) pengaruh
(Influence)
(3) pengikut
(Follower)
(4) maksud (Intention)
(5) Tujuan bersama (shared purpose)
(6) Perubahan (change)
(7) tanggung jawab pribadi (Personal responbility).
Untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan
organisasi diperlukan kepemimpinan yang kuat melalui tindakan pimpinan dalam
mempengaruhi, mengarahkan anggota organisasi untuk mencapai perubahan. Berdasarkan
teori tindakan tersebut tercermin di dalam aspek - aspek kepemimpinan,
yaitu pimpinan yang
Dapat
(1)
memberikan, mengembangkan dan
menyebarkan visi (visioner)
(2) sebagai komunikator
(3) menjadi agen perubahan
(change agent)
(4) sebagai
pelatih (coach) dan
(5) menganalisa pemanfaatan teknologi informasi.
Untuk pemimpin bertindak yang bertindak sebagai agen
perubahan, dibutuhkan seorang pimpinan yang dapat mengkomunikasikan keuntungan
serta pentingnya suatu perubahan baik ke dalam maupun ke luar organisasi Hal
ini dapat dilakukan melalui tulisan di majalah kampus, poster, dan ceramah.
Daftar
Pustaka
Beer,
Michael. Breaking the Code of Change, USA: President and Fellow of
Harvard College, 2002.
Bryson,
JO. Effective Library and Information Centre Management, England:
Gower, 1990.
Bishop,
Charles H Jr. Making Change Happen one person at a time: assessing
change within your organization, New York: AMACOM, 2001.
Caroselli,
Marcelene, Leadership Skill for Managers, New York:
McGraw-Hill, 2000.
Daff,
Richard L, The Leadership Experience. Canada: Thomson, 2005.
Daff,
Richard, Management, Chicago: The Dryden Press, 1988.
Gibson,
James L at all., Organizations: behavior, structure, Prossesses,
Boston: McGraw-Hill, 2006.
Hernon,
Peter; Ronald R. Powell and Arthur P. Young. The Library leadership: attributes
of academic and Public Director, London:: Libraries Unlimited, 2003.
Hersey,
Paul; Kenneth h.Blanchard; Dewey E.Johnson. Management of Organizational
Behavior: utility human resources, New Yersey: Prentice Hall, 1996.
Nanus,
Burt and Stephen M. Dobbs. Leaders Make Different Strategies for
Meeting the Non Profit Challenge, San Francisco: Jossey bass, 1999.
Spillane,
James p. Distributed leadership, San Francisco: Jossey Bass, 2006.
Stuart, Robert D. and
Barbara B. Morgan.
Library
and information centre management, USA: Library Unlimited, 2002.
Yulk, Gay
A. alih bahasa
Jusuf Udaya.
Kepemimpinan
dalam Organisasi,
Jakarta: Prenhallindo, 1998.
HAKIKAT KEPEMIMPINAN
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk
social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok
tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompok haruslah saling menghormati & menghargai.
Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga, Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan
& menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Manusia adalah
makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di
anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana
yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya
mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa
pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin
manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik. Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada
setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia
memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena
jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
1.
Apakah Kepemimpinan itu ?
2.
Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin ?
3. Bagaimana
hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan ?
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Apakah
Kepemimpinan itu ?
Menurut sejarah,
“kepemimpinan” muncul pada abad 18 dan ada beberapa pengertian darikepemimpinan yang
menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi
orang, baik individu maupun masyarakat.
Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara
lain:
1.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2.
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang
diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46)
4.
Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok
atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan)
pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai
tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
Dari
pengertian-pengertian di atas Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi
perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang
kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan dalam
organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau
berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
Seperti yang dikatakan
oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari
dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan
dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Kepemimpinan hanya
dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin, Seorang pemimpin adalah seseorang
yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya.
Seorang pemimpin juga seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama-sama. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika
dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani.
Kepemimpinan
juga sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan
dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna
terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
1. Q
Leader pertama berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti
kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti
kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki
kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
2. Q
Leader kedua berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari
aspek visioner maupun aspek manajerial.
3.
Q Leader ketiga berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam
bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
4. Q
Leader keempat berarti qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah
seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola
dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi
seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai
tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam
upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan
setiap pribadi seorang pemimpin.
2.2 Bagaimana
hakikat menjadi seorang pemimpin ?
Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan
harapan dari mereka yang dipimpinnya. Sangat diperlukan sekali jiwa
kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu
dipupuk dan dikembangkan, Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Jadi
pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan
lahir dari proses internal, Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada kerendahan hati.
Seperti contoh Nelson
Mandela, Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari
negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Dalam sebuah
acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey,
bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam
penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia
mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga
dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah
membuatnya menderita selama bertahun-tahun. Seperti yang dikatakan oleh penulis
buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati
dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Perubahan karakter
adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam,
tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang
kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang
jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang
melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu
mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan
dari mereka yang dipimpinnya.
Dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan
pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan
lainnya. Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri,
tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat,
sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh
terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
A.
Karakter Kepemimpinan
Kepemimpianan yang
melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari
dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan
betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru
tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan
ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah
duduk nyaman di kursinya.
Seorang pemimpin
memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya
sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku
yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Seorang pemimpin yang
memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah
akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada
public atau kepada setiap anggota organisasinya.
B. Metode
Kepemimpinan
Seorang pemimpin tidak
cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki
serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter
dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru
tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin
yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di
sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill
atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini
metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki
karakter kepemimpinan.
Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan
dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.
Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau
organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi,
kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah
organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam
mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada
2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya
seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi
organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke
dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
visi itu.
Seorang pemimpin yang
efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap tehadap
setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin.
Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap
permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi. Seorang pemimpin yang efektif
adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya
(performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi,
mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk
rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb),
melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta
mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku
Kepemimpinan
Pemimpin yang melayani
bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan
metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan
seorang pemimpin.
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka
yang dipimpin, tapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk
memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman
Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa
yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Pemimpin focus pada hal – hal spiritual
dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran
adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan
bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih
mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan
bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi,
dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap
komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer
(doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
2.3
Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan ?
Kearifan local yaitu
spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan
rumit. Dalam suatu local (daerah) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang
selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan
suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya.
Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu
menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah,
serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul
haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu
menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan
local masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan
kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di
alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi
banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat
tidak menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan
drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar
pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan
yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang
meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I
Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong –
gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut
kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 ,
tertanggal 27 desember 2007
BAB IV
Kesimpulan
Kepemimpinan adalah
suatu proses yang memberi arti pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan
untuk memimpin dalam mencapai tujuan. jadi, kepemiminan adalah tindakan mempengaruhi
prilaku orang lain agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
4 makna mengenai
kepemimpinan sejati adalah :
1. kecerdasan atau
intelligence
2. kepmimpinan yang
memiliki kualitas
3. memiliki kharisma
4. mengenali dirinya
sendiri
pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang mau mendengar.
artinya seorang
pemimpin dengan sukarela mau mendengarkan unek - unek dari para bawahannya
sehingga terjalinin kedeketan emosional dalam suatu organisasi.
Perubahan
karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan
dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan,
kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh-sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan, Jakarta:Mitra
Usaha
Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT. Cendekia
Informatika, Jakarta
http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html
W. Brown steven, 1998, Manajemen Kepemipinan, Jakarta: Profesional
Books